Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola

Bonek FC WO, Wajah Asli Sepakbola Indonesia Muncul Lagi

27 September 2015   17:06 Diperbarui: 27 September 2015   18:53 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasrat menyaksikan laga seru pupus. Berubah sesal. Pertandingan Sriwijaya FC kontra Bonek FC di leg kedua babak perempatfinal Piala Presiden 2015 berakhir prematur. Keputusan wasit Jerry Eli memberikan hadiah penalti kepada Sriwijaya FC dengan dalih handball salah seorang pemain menuai protes keras dari kubu Bonek FC. Tak hanya beradu mulut dengan wasit dan official pertandingan pihak Bonek pun memilih meninggalkan lapangan pertandingan alias walk out (WO).

Tiga kali lima menit menanti, para pemain Bonek tak mau kembali. Wasit pun meniup pluit panjang pertanda Bonek resmi memilih mundur dan kemenangan pun menjadi milik Sriwijaya FC. Sriwijaya berhak atas tiket semifinal dengan keunggulan agregat 3-1.

Tak patut

Laga kedua tim sejatinya amat dinanti. Kualitas materi dan sepak terjang menawan keduanya sejauh ini mengundang perhatian. Seperti perempatfinalis lainnya, partai ini juga diprediksi berjalan a lot bahkan tak menutup kemungkinan berjalan dalam tensi tinggi.

Sejak menit awal kedua tim tampak berhati-hati. Sriwijaya FC tak mau gawangnya kembali bobol seperti di leg pertama. Sementara Bonek FC ingin menambah pundi-pundi gol untuk memuluskan jalan ke semifinal setelah unggul satu gol tanpa balas di kandang.

Namun kehati-hatian itu tak bertahan lama. Menit keempat Sriwijaya langsung melancarkan serangan balik memanfaatkan kecepatan Syakir Sulaiman. Evan Dimas tak punya pilihan selain menjatuhkannya.

Petaka bagi tuan rumah terjadi satu menit kemudian. Ilham Udin Armain melepaskan tembakan dari sisi kanan pertahanan Sriwijaya. Yogi yang berada di bawah mistar gawang Sriwijaya gagal menghalau bola kiriman eks bintang timnas U-19 itu. Bola sempat membentur tiang gawang dan meluncur ke gawang tuan rumah.

Sriwijaya semakin tertekan. Defisit gol pun bertambah. Namun laga hanya bertahan enam menit setelah kejadian yang tak diharapkan itu datang di menit ke-11. Berawal dari sepakan keras Rizky bola sempat membentur salah satu pemain belakang Bonek. Wasit Jerry Elly langsung menunjuk titik putih.

Keputusan tersebut menuai reaksi keras. Dalam tayangan ulang tampak bahwa bola tak mengenai tangan. Namun keputusan adalah keputusan. Wasit tentu tak mau ‘menjilat ludahnya sendiri”. Akibatnya laga pun berakhir premature.

Situasi ini tentu amat disayangkan. Banyak pihak yang menyesali keputusan Bonek meninggalkan lapangan. Ada yang berdalih andai saja menerima penalti, tokh kedudukan masih sama kuat dan peluang Bonek masih terbuka.

Namun di sisi lain, sikap Bonek tak bisa disalahkan. Kejelian dan kecakapan wasit yang mempimpin pertandingan amat dibutuhkan.

Wajah asli

Situasi ini membuat optimisme kebangkitan sepakbola dalam negeri kembali layu. Bunga-bunga sukacita yang sudah mulai tumbuh dengan bergulirnya kompetisi Piala Presiden dan Piala Kemerdekaan untuk mengatasi kevakuman kompetisi domestik seperti tersiram air di siang bolong.

Kedua turnamen itu sejatinya oase di tengah padang gurun sepakbola dalam negeri. Kebekuan organisasi dan matinya kompetisi terhibur dengan turnamen tersebut. Namun apa lacur, yang terjadi kini wajah asli sepakbola kita kembali muncul.

Terkait Piala Presiden, guratan wajah asli kondisi sepakbola dalam negeri sepertinya mulai tersingkap sejak awal. Kita lihat bagaimana reaksi tak patut suporter PSMS saat pertandingan kandang menghadapi Mitra Kukar sebelumnya. Kembang api menyala di Stadion Andi Mattalatta, Makassar. Usai laga para pemain Mitra Kukar dilempari botol minuman dan pihak keamanan harus turun tangan mengawal mereka keluar lapangan.

Bahkah jika mau diperpanjang, gonjang ganjing nama Persebaya United yang berujung pergantian nama menjadi Bonek FC sudah mencerminkan buruknya pengorganisasian dan manajemen sebuah kompetisi.

Dan terkini keputusan kontroversial wasit dan reaksi walk out Bonek FC semakin memperjelas rupa asli sepakbola dalam negeri. Lantas, sampai kapan kita harus menanti kebangkitan sepakbola dalam negeri?

Sambil berharap perempatfinal lainnya antara Bali United Pusam dan Arema Cronus tak bernasib serupa, publik menanti sikap tegas panitia dan pihak terkait terkait situasi ini.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun