Rina adalah teman sekelasku. Ia sering kali tidak masuk sekolah karena penyakit yang di deritanya. Akan tetapi, ia adalah anak yang cerdas dan pintar, sehingga ia masih dapat bersekolah di sekolah bergengsi ini.
Kehadirannya yang begitu tipis seakan seperti hantu. Anak itu sering menyendiri di pojokan ruangan, mungkin karena tidak ada yang mau berbicara bersamanya.
Saat aku mendekatinya, Rina selalu berusaha menjauhiku. Entah sudah berapa kali aku mendekatinya, hasilnya selalu nihil.
Hingga pada suatu saat aku mencoba mendekatinya lagi. Untuk pertama kalinya Rina membalas perkataanku. Aku senang sekali mendengarnya, untuk pertama kalinya aku bisa meluluhkan hati seorang Rina.
Akan tetapi, debu yang sudah lama menumpuk akan dibersihkan seperti baru lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H