Pada pagi menjelang siang, saat-saat dimana pemuda itu duduk bersimpuh di tengah jalanan kota Gaza yang lenggang. Sebuah jeep datang mendekat. Pemuda itu tak dapat berpikir jernih, perasaan bersalah telah memenuhi dirinya. Pintu jeep terbuka, seorang pria kisaran 35-40 tahun turun dari jeep. Perasaan takut memenuhi benak pemuda itu, ia jatuh terjungkal, menjauhi pria itu.
"Tenanglah nak, aku disini untuk membantumu." Ujar pria itu. Pemuda yang sudah kehilangan akalnya itu menjadi tuli, dan sekejap kemudian ia pingsan. Pria itu membawanya masuk kedalam jeep nya. Mereka pun pergi meninggalkan jalanan itu dan pergi ke sebuah tempat terpencil di Gaza.
Beberapa jam kemudian, pemuda itu terbangun. Ia terbangun pada sebuah kamar yang sunyi. Beberapa kasur tertata rapi di sampingnya, seperti kamar asrama pada umumnya. Pemuda itu berjalan keluar kamar, ia disambut oleh seseorang yang bahkan tak pernah terpikirkan untuk berjumpa dengannya pada tempat ini.
Betapa terkejutnya ia, orang-orang Gaza yang sebelumnya tertinggal pada puing-puing rumah sakit kini semua berada di sini. Terlebih lagi, semuanya selamat dan mendapat pertolongan pertama pada luka-luka yang mereka dapatkan.
"Wahai engkau santri Indonesia, lihatlah pertolongan yang Allah berikan kepada kami. Tampaknya, kita dapat berjumpa lebih cepat dari semestinya. Aku sangat bersyukur dapat berjumpa dengan dirimu lagi. Mari kita berjuang sekali lagi demi mempertahankan umat muslim, saudaraku."Â
***
