Seorang pemuda berdiri diatas puing-puing reruntuhan. Matahari yang bahkan enggan bersinar dengan susah payah mulai menampakkan dirinya. Sisa-sisa pengeboman masih tertata jelas. Orang-orang turun ke jalan, membantu membersihkan sisa puing-puing dari pengeboman rumah sakit.
Seseorang memanggil namanya, "Wahai engkau, santri dari Indonesia. Kini kamu tak bisa pulang, bagaimana dengan nasib keluargamu di sana nanti?" Tanyanya.
Pemuda itu menjawab dengan santai, "Keluargaku akan baik-baik saja disana, Insyaallah ada Allah yang akan menjaga mereka."
Pemuda itu berjalan menjauhi puing-puing bekas rumah sakit Indonesia itu. Wajahnya termenung, memikirkan nasib keluarganya. Tak lama, tampak dari kejauhan gundukan debu setinggi rumah berjalan mendekat. Pemuda itu bergegas pergi menuju puing-puing rumah sakit.
"Mereka datang! Mereka datang!" ucapnya. Keadaan di sana tak lebih baik dari kendaraan-kendaraan yang datang dari kejauhan. Wajah mereka letih, tangan mereka luka karena terkena bekas puing-puing rumah sakit. Tak ada waktu untuk bersedih, mereka harus pergi sebelum rombongan kendaraan itu datang.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H