***
Suara celotekan dan bising yang biasa menghiasi kelas kini menjadi diam. Kelas yang biasanya ramai kini menjadi hening. Lenggang menyisakan suara sepatu yang berjalan mengitari bangku para murid. Sekarang adalah waktu ulangan. Para siswa tidak boleh mengeluarkan suara sekecil apapun, jika tidak mereka akan dikeluarkan dari kelas.
Guru perempuan itu berjalan mendekati bangku Raisya. “Raisya, setelah kamu selesai mengerjakan, ibu minta tolong bantu jaga anak-anak ya.”
“Baik bu.” Balasnya.
Namanya Raisya. Seorang siswa SMA yang biasa saja. Biasa berprestasi maksudnya. Ia adalah anak yang cerdas dan sangat disayang oleh guru-guru di sekolah ini. Ia bisa melakukan apa saja, seperti bermain musik, memasak, berolahraga, dan suka membuat kerajinan-kerajinan kecil. Ia juga anak yang senang bergaul dengan orang lain, membuatnya menjadi salah satu orang yang terkenal di sekolah kami.
Namun, ada rahasia kecil yang membuatnya menjadi seperti itu. Bukan karena paksaan orang tua, tetapi adalah karena ambisinya yang berlebihan untuk menjadi terkenal dimanapun ia berada. Raisya memang terkenal dengan karakternya yang baik, ceria, dan kreatif. Namun sebenarnya itu semua hanyalah topeng belaka.
Aku mengenalnya sejak SMP, ia tak jauh beda dengan sekarang. Anak cantik dan pintar yang merupakan kesayangan guru juga teladan banyak orang. Semua orang ingin dekat dengannya, dulu aku juga begitu. Tapi ada satu kejadian yang membuatku memutuskan untuk menjauhinya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H