Mohon tunggu...
charismatul aulia
charismatul aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Dengan membaca kita melitah dunia, dengan menulis kita dilihat dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keberagaman Indonesia

5 Desember 2022   14:55 Diperbarui: 5 Desember 2022   15:11 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia adalah bangsa majemuk yang kaya akan kebudayaan. Suku, agama, ras, etnik, adalah bentuk keragaman bangsa indonesia. Pada tahun 2020 gazatte Republik Indonesia mencatat pulau di Indonesia yaitu terdiri dari 16.771 pulau.  Pulau-pulau tersebut tentunya memiliki berbagai macam kebudayaan yang lahir dari kearifan setiap masing-masing daerah.  

Kearifan lokal itu sendiri adalah identitas budaya atau ciri khas dari suatu tempat tertentu beserta masyarakatnya yang tidak bisa lepas dari kebiasaan masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal biasanya turun temurun dari masyarakat terdahulu ke generasi-generasi terbaru melalui cerita dari mulut ke mulut ataupun dari kebiasaan atau cara hidup masyarakat itu sendiri, dengan tujuan agar terus di lestarikan, dijaga, dan dipelihara. 

Setiap daerah mempunyai kebiasaan hidup atau tradisi yang berbeda dengan daerah lainnya, itu lah yang menyebabkan bangsa Indonesia kaya akan kebudayaan. Berbicara tentang kearifan lokal atau budaya lokal artinya berbicara langsung tentang suatu daerah. Karena budaya lokal diarrtikan seebagai kebiasaan dan nilai bersama yang dianut masyarakat tertentu. Budaya lokal sering disangkut pautkan dengan kebudayaan suku bangsa.

Contoh kearifan lokal masyarakat pesisir, menurut (Hagi Primadasa Juniarta, 2013) seperti yang terjadi  di Desa Gili kecamatan Sumberasih kabupaten Probolinggo Jawa Timur yang merupakan daerah pesisr sehinga masyarakat setempat mayoritas mata pencahariannya nelayan dengan basis beragama islam sangat memungkinkan adanya kearifan lokal dengan dasar agama islam yang biasa digunakan sebagai profil kearifan local asli dipesisir Pulau Gili Ketapang sebagai acuan dalam pengolaan masyarakat yang pro terhadap lingkungan. Potansi kearifan local di daerah Pulau Gili beberapa diantaranya yaitu :

  • Petik Laut, yakni tradisi yang dilakukan tiap tahun tetapi dengan kesepakatan waarga Pulau Gili. Susunan acara dari petik laut yaitu selametan, kemudian di lanjut dengan perahu replica (replica perahu yang diisi dengan bermacam sesajen dari tumpeng hingga kepala sapi dan lain-lain yang kemudian dilarungkan di laut), dan susunan terakhir yaitu pertunjukan ketoprak/ladruk atau tabbuen yang di selenggarakan pada malam hari.
  • Nyabis, yaitu tradisi yang hamper dilakukan oleh semua masyarakat Pulau Gili, nyabis dilakukan dengan berkunjung ke kyai yang dipercaya dan diyakini sebagai guru spiritual.
  • Telesan, (tradisi telesan) atau hari raya di Pulau Gili pada hari ke-27 ssebelum aktivitas melaut sudaah mulai diberhentikan. Sehari setelah hari raya, aktivitas akan dilanjutkan Kembali.

 Gambar 1.1 (Tradisi petik laut) https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fformadiksi.um.ac.id%2Ftradisi-gelar-budaya-petik-laut-dusun-parsean-karang-anyar-kabupaten-probolinggo%2F&psig=AOvVaw0K-t_OfSGR7Phlz_E8QoFd&ust=1669472743711000&source=images&cd=vfe&ved=0CBAQjRxqFwoTCIDOwJSOy_sCFQAAAAAdAAAAABAE

Konsep suku bangsa sendiri sering dipersamakan dengan konsep kelompok etnik. Menurut  Fredrik barth sebagaimana dikutip oleh parsudi Suparlan, suku bangsa hendaknya dilihat sebagai golongan khusus, kekhususan suatu bangsa diperoleh secara turun temurun dan melalui antarbudaya. 

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki sifat yang berubah-ubah, begitu pula dengan kebudayaan yang bersifat dinamis yaitu selalu mengalami perubahan dengan seiring berjalannya waktu. Letak Indonesia yang strategis juga menyebabkan keragaman budaya lokal di Indonesia yang melimpah ruah. Seperti hal nya yang terjadi dimasa lampau, bangas Indonesia merupakan urat nadi perdagangan antarnegara sehingga banyak pedagang dari luar membawa tradisi mereka ke Indonesia. 

Contohnya yaitu adat baju koko yang dipakai oleh pria muslim di Indonesia, pada awalnya baju koko tersebut adalah asli baju pria di negeri Cina. Banyak pedagang dari negeri Cina yang ke Indonesia dan menerapkan adat berpakaiannya, sehingga masyarakat indonesia khususnya para muslim Indonesia juga banyak yang mengenakan pakaian tersebut, karena selain simpel juga menutup aurat untuk kaum pria. 

Perubahan kebudayaan baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada kebudayaan lokal bangsa Indonesia. Pengaruh budaya asing di Indonesia tidak selamanya  bersifat positif atau negative, semua tergantung masyarakat setempat bagaimana mereka mengadapi budaya-budaya tersebut.

Ada beberapa konsep penting yang berhubungan erat dengan pengaruh budaya, antara lain difusi (penyebaran) yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu kelompok ke kelompok lainnya atau dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya, percampuran (acculturation) merupakan suatu perubahan besar dari suatu kebudayaan sebagai akibat adanya pengaruh dari kebudayaan asing, pembauran (asimilation) proses perubahan kebudayaan secara total akibat membaurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri kebudayaan yang asli tidak tampak lagi, dan gegar budaya (cultural shock) (Tedi Sutardi, 2007).

Budaya di Indonesia sangat beraneka ragam. Keragaman tersebut ada yang menguntungkan dan merugikan. keanekaragaman di satu pihak menjadi keunggulan, tetapi di pihak lain menjadi suatu masalah. Hal tersebut menjadi suatu problem bagi bangsa Indonesia jika masyarakatnya tidak dapat bersikap bijaksana dalam menyikapinya. Adanya perbedaan dalam budaya merupakan suatu keniscayaan. Kunci utama agar tidak terjadi konflik antarbudaya ini adalah sikap toleransi dan saling menghargai terhadap budaya lain. 

Bagi masyarakat Indonesia, perbedaan atau keragaman tesebut meruakan suatu keanggotaan golonan yang bersifat saling menyilang. Keragaman yang saling menyilang tersebut dalam ilmu antropologi dikenal dengan istilah cross cutting affiliation. Menurut sebuah pepatah “perbedaan itu adalah anugrah”. melalui perbedan, seseorang dapat belajar berbagai hal dari orang lain. Melalui perbedaan pula seseorang terlatih untuk merasaakan beban sebagaimana orang lain rasakan.  

Hal tersebut hanya dapat dilakukan setelah orang memahami lebih dalam pengertian toleransi dan empati. Sikap toleransi dan empati dapat diwujudkan dengan memahami bahwa keanekaragaman budaya membutuhkan penguatan budaya lokal di tengah budaya lain yang sama-sama bertahan.

Menurut (Eko Digdoyo, 2018) Istilah toleransi berasal dari bahasa Latin dari kata "Tolerare" yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain. Membina sikap toleransi umat beragama di Indonesia menjadi tanggungjawab sosial bersama dan merupakan budaya positif yang perlu dilanjutkan. Pandangan ini muncul dilatarbelakangi oleh seringnya terjadinya konflik hubungan antar umat beragama di Indonesia. 

Sikap toteransi antar umat beragama dan budaya umumnya telah dipraktekkan di masyatakat lokal misalnya; Pusat ibadah masjid Istiqlal dan Gereja Betel yang berdampingan, toleransi antarumat beragama antara pemeluk Agama Islam dan Kristen di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al Hikmah, Serengan, Kota Solo, Jateng.

Dua bangunan tersebut berdampingan serta memiliki alamat yang sama, yaitu di Jalan Gatot Subroto Nomor 222, Solo, tempat peribadatan di Klaten, Yogjakarta, Temanggung, Surabaya, dan beberapa tempat ibadah lainya di Indonesia menunjukkan pembinaan toleransi beragama. Media massa sebagai agen perubahan dituntut untuk selalu bertanggung jawab karena perannya sebagai penyalur opini kepada publik. Untuk itu, berita yang dimuat oleh media massa harus menjadi tolak ukur dalam kebudayaan toleransi antar umat beragama yaitu sebagai aspek penyatu bagi setiap lapisan masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa keberagaman budaya dan agama di Indonesia perlu adanya toleransi sebagai pemersatu agar semua perbedaan dapat hidup rukun berdampingasn tanpa adanya konflik. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia kita perlu bangga dengan keberagaman yang ada, dan turut ikut serta melestarikan budaya-budaya warisan dari nenek moyang. Sehinngga budaya tersebut tetap lestari dan generasi muda selanjutnya dapat merasakan budaya lokal. Budaya adalah suatu keistimewaan dari bangsa ini sehingga perlu dijaga dan dilestarika.

DAFTAR PUSTAKA

Digdoyo, eko. 2018.Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, dan Tanggung Jawab Sosial

Media. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan. Vol (3). No (1). ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print).

Hagi Primadasa Juniarta, dkk. 2013. Kajian Profil Kearifan Lokal Masyarakat Pesisir Pulau

Gili Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Jurnal ECSOFi. Vol  (1). No  (1)

Sutardi, tedi. 2007. Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI Sekolah

 Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Bahasa. Bandung. PT Setia Purna Inves.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun