Mohon tunggu...
Charisma Dina Wulandari
Charisma Dina Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Public Relations Specialist

Experienced in Public Relations with a background in diverse industries such as startups, consulting, government and multinational company. Skilled in Media Monitoring, Media Analysis, Media Relations, Content Writer, Content Planning, Social Media Handling, Communication Campaign, Strategic PR Plan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Maraknya Buzzer Menjelang Pemilu 2024: Dampak dan Tantangan dalam Proses Demokrasi

1 Juli 2023   15:24 Diperbarui: 1 Juli 2023   15:30 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: afederasi.com

Pemilihan umum adalah momen penting dalam sistem demokrasi di mana rakyat memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin mereka. Namun, menjelang pemilu 2024, kita menyaksikan fenomena yang semakin marak, yaitu kehadiran buzzer dalam dunia politik. 

Buzzer, yang didefinisikan sebagai individu atau kelompok yang aktif dalam menyebarkan informasi dan opini di media sosial, telah menjadi faktor yang signifikan dalam mempengaruhi opini publik dan membentuk narasi politik. Namun, maraknya buzzer ini juga membawa dampak dan tantangan tersendiri dalam proses demokrasi.

Salah satu dampak utama dari maraknya buzzer adalah polarisasi politik yang semakin memperdalam kesenjangan di masyarakat. Buzzer sering kali beroperasi di lingkungan yang terfilter sesuai dengan pandangan politik tertentu. 

Mereka cenderung menyebarkan informasi yang mendukung kubu politik yang mereka dukung, sering kali tanpa mempertimbangkan kebenaran atau keakuratan informasi tersebut. 

Hal ini dapat menyebabkan pembentukan ekosistem informasi yang terfragmentasi, di mana masyarakat hanya terpapar pada sudut pandang tertentu dan terisolasi dari pandangan alternatif. Polaritas semacam ini dapat merusak diskusi dan dialog konstruktif yang penting dalam proses demokrasi.

Selain itu, maraknya buzzer juga menimbulkan ancaman terhadap integritas informasi dan kejujuran dalam politik. Buzzer sering kali menggunakan strategi manipulatif, seperti penyebaran berita palsu (hoaks) atau mengkampanyekan propaganda yang tidak didasarkan pada fakta yang valid. 

Hal ini dapat menyebabkan informasi yang tidak akurat atau bias tersebar luas di media sosial dan mempengaruhi persepsi publik. Dalam konteks pemilu, hal ini dapat membingungkan pemilih dan merusak integritas proses demokrasi itu sendiri.

Tantangan lain yang dihadapi dengan maraknya buzzer adalah kesulitan dalam membedakan antara opini yang sebenarnya dan opini yang dibayar atau diarahkan. Buzzer sering kali menerima kompensasi atau instruksi untuk menyebarkan pesan politik tertentu, tanpa transparansi yang memadai kepada masyarakat. 

Hal ini menciptakan ketidakjelasan dalam menentukan apakah pendapat yang disuarakan oleh buzzer merupakan pandangan pribadi yang jujur atau hanya merupakan narasi yang disampaikan dengan motivasi tertentu. Ini dapat mengurangi kepercayaan masyarakat pada pesan politik yang disampaikan dan mempengaruhi proses pemilihan dengan cara yang tidak adil.

Untuk mengatasi maraknya buzzer menjelang pemilu 2024, langkah-langkah perlu diambil. Pertama, regulasi dan pengawasan yang lebih ketat diperlukan untuk mengendalikan penyebaran berita palsu dan propaganda politik yang tidak benar. Platform media sosial juga harus bertanggung jawab dalam memastikan kebenaran dan keakuratan informasi yang tersebar di platform mereka.

Selain itu, pendidikan publik yang kuat tentang literasi media dan kritis sangat penting. Masyarakat harus dilengkapi dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membedakan antara informasi yang valid dan manipulatif. Mengembangkan kritisisme terhadap informasi yang diterima akan membantu masyarakat menjadi lebih cerdas dalam menghadapi pesan politik yang tersebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun