Mohon tunggu...
CHARISMA AORALINE HAFIDHA
CHARISMA AORALINE HAFIDHA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Jember

Mahasiswa S1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Obligasi: Memahami Surat Utang Jangka Panjang untuk Investasi Stabil

21 Mei 2024   10:41 Diperbarui: 21 Mei 2024   10:53 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Obligasi, sering dikenal sebagai surat utang, merupakan instrumen investasi yang menawarkan pendapatan tetap (fixed income) kepada investor. Berbeda dengan saham yang mewakili kepemilikan pada suatu perusahaan, obligasi ibarat surat pinjaman jangka panjang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan dana. Investor yang membeli obligasi pada dasarnya bertindak sebagai pemberi pinjaman, dan berhak atas pembayaran bunga (kupon) secara berkala dan pokok pinjaman pada tanggal jatuh tempo.

Mengapa Berinvestasi di Obligasi?

Obligasi menjadi pilihan menarik bagi investor yang mencari portofolio investasi yang stabil dan minim risiko. Berikut beberapa alasannya:

  • Pendapatan Tetap: Obligasi menawarkan kepastian pendapatan dalam bentuk bunga (kupon) yang dibayarkan secara berkala, biasanya setiap bulan, triwulan, atau tahunan. Hal ini memberikan aliran pendapatan yang stabil bagi investor, terutama di masa pensiun atau saat membutuhkan arus kas yang terprediksi.
  • Diversifikasi Portofolio: Obligasi memiliki karakteristik yang berbeda dengan saham, sehingga dapat membantu mendiversifikasi portofolio dan mengurangi risiko secara keseluruhan. Ketika nilai saham berfluktuasi, obligasi umumnya lebih stabil dan dapat membantu menjaga nilai portofolio.
  • Potensi Kenaikan Nilai: Harga obligasi dapat naik dan turun di pasar sekunder. Faktor-faktor seperti perubahan suku bunga, kondisi ekonomi, dan peringkat kredit emiten dapat memengaruhi harga obligasi. Investor yang jeli dapat memanfaatkan peluang untuk membeli obligasi dengan harga diskon dan kemudian menjualnya di kemudian hari dengan keuntungan.
  • Keamanan Relatif: Obligasi, terutama yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan dengan peringkat kredit tinggi, umumnya dianggap lebih aman daripada saham. Hal ini karena obligasi memiliki hak klaim pertama atas aset perusahaan jika terjadi kebangkrutan.

Jenis-Jenis Obligasi

Obligasi hadir dalam berbagai jenis dengan karakteristik dan tingkat risiko yang berbeda. Berikut beberapa jenis obligasi yang umum:

1. Obligasi Pemerintah: Diterbitkan oleh pemerintah suatu negara dan umumnya dianggap sebagai investasi yang paling aman dengan risiko default yang rendah.

2. Obligasi Korporasi: Diterbitkan oleh perusahaan swasta untuk membiayai operasinya. Obligasi korporasi umumnya menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi daripada obligasi pemerintah, namun dengan risiko default yang lebih tinggi.

3. Obligasi Konversi: Memberikan investor hak untuk menukarkan obligasi dengan saham perusahaan pada rasio dan waktu tertentu. Obligasi konversi menawarkan potensi untuk mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham, namun juga mengandung risiko penurunan nilai jika harga saham turun.

4. Obligasi Junk Bond: Diterbitkan oleh perusahaan dengan peringkat kredit rendah dan memiliki risiko default yang lebih tinggi. Obligasi junk bond menawarkan tingkat bunga yang jauh lebih tinggi daripada obligasi biasa, namun dengan risiko yang lebih besar.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Nilai Obligasi

Nilai obligasi dapat berfluktuasi di pasar sekunder, dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:

  • Suku Bunga: Kenaikan suku bunga umumnya menyebabkan penurunan harga obligasi yang sudah ada. Hal ini karena investor dapat memperoleh return yang lebih tinggi dengan membeli obligasi baru yang menawarkan suku bunga yang lebih tinggi.
  • Kondisi Ekonomi: Kondisi ekonomi yang memburuk dapat meningkatkan risiko default perusahaan, sehingga menyebabkan penurunan harga obligasi korporasi.
  • Peringkat Kredit: Peringkat kredit yang diberikan oleh lembaga pemeringkat kredit independen mencerminkan tingkat risiko default emiten obligasi. Peringkat kredit yang lebih tinggi umumnya berarti risiko default yang lebih rendah dan harga obligasi yang lebih tinggi.
  • Likuiditas: Obligasi dengan likuiditas tinggi, yaitu yang mudah diperdagangkan di pasar sekunder, umumnya memiliki harga yang lebih stabil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun