Mohon tunggu...
Charishma Devi R. M
Charishma Devi R. M Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Negeri Surabaya

Hanya suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Remaja Hamil, Penyebab Disabilitas?

14 Desember 2023   10:17 Diperbarui: 14 Desember 2023   10:17 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://sapdajogja.org/

Anak-anak yang memiliki perbedaan dalam proses pertumbuhannya baik secara fisik ataupun mentalnya seringkali disebut sebagai anak yang memiliki kelainan. Namun, Kelainan adalah kata yang terdengar kasar. Selain itu, kelainan adalah hal-hal yang menyimpang, tetapi anak-anak yang memiliki perbedaan tersebut bukanlah menyimpang. Sehingga kita tidak boleh menyebutnya sebagai anak yang memiliki kelainan, melainkan kita bisa menyebutnya sebagai penyandang disabilitas atau kita juga sering menyebutnya dengan anak berkebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus artinya mereka memiliki sesuatu yang perlu diperhatikan secara khusus. Terdapat 2 jenis ABK yaitu ABK fisik dan non-fisik atau mental. ABK fisik adalah anak yang kebutuhan khususnya dapat dilihat secara langsung misalnya penyandang tunadaksa, tunarungu, atau tunanetra. Sedangkan ABK mental adalah anak yang kebutuhan khususnya terletak pada kognitif dan emosinya seperti anak autis, adhd,  dan tunagrahita.

Mengapa disabilitas dapat terjadi pada seseorang? Apabila seseorang menyandang disabilitas fisik, bisa saja dia mengalami kecelakaan yang membuat bagian tubuhnya terpaksa diambil. Namun, untuk ABK mental, disabilitas besar terjadi sejak dia berada dalam kandungan sang ibu. Faktor biologis dari orangtua baik calon ayah maupun calon ibu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin. Apabila calon ibu tidak dapat mencukupi kebutuhan janin selama dalam kandungan, sangat besar kemungkinan anak yang nantinya lahir akan mengalami disabilitas mental.

Lalu, seperti judul di atas, mengapa kehamilan remaja rentan menyebabkan anak disabilitas?

Kehamilan pada remaja merupakan hal yang sayangnya telah sangat sering kita temui. Menurut data dari WHO (World Health Organization) ada sekitar 21 juta remaja perempuan pada usia sekitar 15 hingga 19 tahun yang hamil pada setiap tahunnya. Dari 21 juta remaja tersebut, 12 juta remaja di antaranya melahirkan, 5.6 juta remaja melakukan aborsi, dan sisanya berada di posisi yang membahayakan.

Tentunya seorang remaja yang hamil memiliki risiko yang sangat besar bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga bagi anak dalam kandungannya. Hal ini dikarenakan remaja di bawah umur yaitu remaja usia 10 hingga 19 tahun masih berada dalam tahap pertumbuhan. Pertumbuhan ini tentunya bukan secara fisik tetapi juga sistem reproduksinya. Sistem reproduksi yang belum matang menyebabkan janin dalam kandungannya juga tidak mendapatkan gizi yang cukup untuk pertumbuhannya.

Remaja putri yang hamil membutuhkan asupan zat besi yang tinggi, apabila asupan zat besi tidak mencukupi untuk tubuhnya sendiri, apalagi untuk janin yang ada dalam kandungannya. Selain itu, emosi ibu hamil selalu tidak stabil dan naik turun, terutama para ibu remaja yang sedang berada masa peralihan dan pencarian jati diri. Emosi yang tidak stabil juga sangat mempengaruhi kondisi janin dalam perut. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan fisik maupun kognitif bagi janin. Apabila terjadi kerusakan fisik atau kognitif sejak dalam janin, maka pada saat melahirkan, besar kemungkinan anak yang lahir akan mengalami disabilitas baik pada mental ataupun fisiknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun