Dalam setiap aktifitas, disadari atau tidak, selalu bertalian dengan proses menerima rangsangan dari objek. Proses menerima, setidaknya dialami oleh panca indra, akal dan kehendak manusia. Adapun proses menerima tersebut sebagai suatu reaksi atas kedatangan objek yang diterima. Sebelum menerima, panca indra, tidak serta merta mengakui kedatangan objek tersebut dengan begitu saja. Sehingga dibutuhkan pembantu, yakni peran akal, sebagai penimbang dan pemberi keputusan untuk melakukan ‘pembacaan’ terhadap objek itu.
Pembacaan disini dispesifikkan arti dengan proses membaca. Proses membaca tidak bisa diartikan hanya sebatas proses mengetahui gejala yang diterima oleh panca indra belaka. Arti harfiahnya, indra penglihat dan sejenisnya, hanya mampu difungsikan sebagai alat luar untuk memahami objek. Atau dengan argumen lain panca indra memiliki keterbatasan dalam memperoleh tahu ketika berhadapan dengan objek. Dengan demikian, diperlukan alat lain untuk memainkan peranannya dalam memaknai secara lebih mendalam. Alat tersebut setidaknya dengan melengkapkan akal yang dimiliki. Manfaat sesederhana mungkin dengan membaca yakni memperoleh tahu. Dalam artian mampu menyelidiki dan menilai apa yang telah diketahui.
Membaca jika dibenturkan dengan sudut pandang filsafat tentu akan mempunyai nilai yang bijaksana. Sesuai dengan pola pengetahuan, ada beberapa macam tahu yang dapat diraih. Adapun macam-macam pengetahuan tersebut yakni tahu bahwa, tahu bagaimana, tahu tentang dan tahu mengapa.
Pertama, tahu bahwa memiliki fungsi secara teoretis. Yaitu merupakan tahu dalam menyerap informasi yang diterima. Informasi tersebut berhubungan dengan data-data yang diperoleh dengan menunjuk waktu, tempat dan situasi yang terserap. Dengan kata lain, tahu bahwa, harus serta merta menunjukkan adanya keterangan-keterangan sebagai pendukung pernyataan. Keterangan-keterangan tersebut dijadikan sebuah pijakan untuk mengetahui hakikat yang diketahuinya.
Kedua, tahu bagaimana memiliki fungsi praktis. Fungsi ini ditunjukkan untuk mengalirkan pendapat yang disandarkan pada manfaat atau kegunaan objek. Dengan demikian, tahu bagaimana, sebenarnya berputar-putar pada sumber atau alat yang dipakai untuk mengetahui. Bisa saja menggunakan satu sumber, misalnya inderawi, atau dengan dukungan lainnya.
Macam yang ketiga adalah tahu tentang. Yakni memiliki fungsi praktis pula. Hanya saja yang membedakan dengan tahu bagaimana adalah karakternya yang lebih spesifik dalam mengetahui sebuah objek. Mengingat, subjek melakukan perincian serinci-rincinya untuk mengetahui objek. Sehingga ketika sudah berada pada kasta ini, subjek tidak sebatas mengetahui, melainkan sudah mengenali.
Sedangkan macam pengetahuan terakhir yang sesuai dengan polanya adalah tahu mengapa. Ini sebenarnya mempunyai fungsi yang sama dengan tahu bahwa, yakni secara teoretik. Dengan tahu mengapa, pernyataan akan selalu menjelaskan apa yang ada di balik objek. Atau dengan maksud lain bukan menerangkan objek itu sendiri. Ringkasnya, dengan menggunakan pertanyaan mengapa pada untuk pernyataan apapun, hasilnya tidak akan menjelaskan apakah objek itu. Melainkan akan menjelaskan sebab-sebab atau atribut-atribut pernyataan lain untuk menjelaskan alasan yang dikemukakan./asrj
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H