Istilah Ulul Albab dipelopori oleh Al-Qur’an, bukan buatan ulama’, politikus, maupun tokoh manapun. Memahami istilah ini pun harus melalui al-Qur’an.
Istilah ini termaktub dalam Al-Qur’an pada 16 tempat. Para ulama tafsir sepakat bahwa istilah ini digunakan Al-Qur’an merujuk kepada suatu golongan yang memiliki kesempurnaan akal dan kematangan cara berfikir sehingga mampu memberikan penilaian yang tepat. Akhirnya mereka menemukan hakikat kebenaran yang menyelamatkan kehidupannya di dunia dan akhirat.
Banyak yang beranggapan bahwa kematangan pikiran dimiliki oleh akademisi yang lulus di universitas terkenal dan banyak memeroleh gelar akademik. Namun, tidak sedikit mereka yang dianggap memiliki kemampuan intelektual tinggi itu, dangkal akal. Mengagumi hasil olah otak dan menghujat Tuhan.
Membangun generasi Ulul Albab bukanlah dengan meninggikan nilai standar kelulusan Ujian Nasional yang lemah nilai agama dan bukan pula memperkuat keimanan tanpa ilmu. Namun, membangun generasi Ulul Albab adalah dengan mengembangkan ciri-ciri yang diungkap dalam Al-Qur’an.
Pertama, generasi Ulul Albab selalu bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu (Q.S. Ali Imron:7). Baginya ilmu pengetahuan merupakan rahmat Allah SWT yang diperuntukkan bagi manusia sebagai bekal mengemban amanat di muka bumi. Dengan penuh perjuangan dan pengorbanan ia mempertaruhkan waktu, jiwa dan hartanya untuk memperoleh ilmu tersebut. Diantaranya, bersungguh-sungguh dalam mempelajari proses penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, ciptaan Allah lainnya yang bertebaran di alam raya (Q.S. Ali Imron:190). Kesungguhan dalam tadabbur (merenung dan memelajari) makhluk Allah akan menghasilkan ilmu pengetahuan (science). Nikmat itulah yang patut disyukuri dengan mengembangkannya dalam karya aplikatif berbentuk teknologi, sehingga dapat membuat perbaikan di muka bumi.
Kedua, generasi Ulul Albab mampu membedakan perkara baik dan buruk. Ia akan selalu mengikuti perkara baik, walaupun perkara buruk itu tampak baik dan mempesona (Q.S. Al-Maaidah:100). Sekalipun perkara buruk itu diikuti oleh kebanyakan orang, ia mampu mempertahankan pendiriannya untuk mengikuti perkara baik dan mampu mengambil keputusan yang terbaik dari perkara-perkara baik lainnya.
Ketiga, generasi Ulul Albab bersikap kritis dalam memperoleh informasi (Q.S. Az-Zumar:18). Ia mampu menginterpretasikan dan mengevalusi informasi itu untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan petunjuk yang terbaik. Dengan bertawakkal pada Allah SWT, ia mengolah informasi yang diterima dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang luas, dengan sikap rendah hati dan tidak terbawa emosi. Mempunyai integritas tinggi dan disertai kreatifitas dan ketekunan.
Keempat, generasi Ulul Albab bersedia menyampaikan ilmunya, memperingati orang lain yang salah, memperbaiki kondisi masyarakat yang rusak. Ia tidak diam berpangku tangan ketika melihat kemungkaran dan terpanggil hatinya untuk segera menghalaunya dengan mengacu pada Al-Qur’an (Q.S. Ibrahim:52). Ia juga teguh memegang janji Allah dan janji yang ia buat sesama manusia serta tidak merusaknya, suka menyambung silaturrahim, takut menerima buku hisab dengan tangan kiri, selalu sabar dengan mencari keridhoan Allah, mendirikan sholat, menafkahkan sebagian rizkinya secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, serta menolak kejahatan dan menerima kebaikan (Q.S. Ar-Ra’d:19-22).
Kelima, generasi Ulul Albab tidak pernah takut pada apapun dan siapapun. Ia hanya takut pada Allah SWT, Tuhan Pencipta Alam. Ketaqwaan pada Allah-lah yang ia jadikan bekal hidup di dunia (Q.S. Al-Baqarah: 197). Karena, dengannyalah ia mendapat keberuntungan (Q.S. Al-Maaidah:179), dan lolos dari siksaan pedih api neraka (Q.S. Ath-Thalaaq:10).
Dengan demikian, Ulul Albab adalah komunitas yang memiliki keunggulan tertentu dan berpengaruh besar pada transformasi sosial. Kualitas dimaksud adalah terkait dengan kedalaman spiritualitas (dzikr), ketajaman analisis (fikr) dan pengaruhnya yang besar bagi kehidupan (amal shaleh). Tegasnya, kualitas ulul albab adalah kualitas yang komprehensif sebagai orang atau sejumlah orang yang memiliki kualitas yang berlapis-lapis.
Ciri-ciri inilah yang patut dilihat dalam perencanaan pembangunan generasi Ulul Albab, sehingga dapat diterapkan dalam pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Wallahu a’laam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H