[caption caption="Saya berfoto dengan latar belakang Fakultas Saintek, Agustus 2011"][/caption]Sejak masa SMA, kebiasaan yang paling saya senangi adalah mbolang, mengunjungi tempat-tempat yang saya anggap menarik. Kala itu, Agustus 2011, liburan akhir pekan saya nikmati dengan berlibur ke kampus bergengsi di kawasan kota malang. Maklum saja, saya sudah menapaki semester awal kelas 12 SMA dan selayaknya sudah memikirkan dimana kelak kampus tempat melanjutkan studi.
Yang saya tahu ketika itu, kampus negeri bagus itu ya UB (Universitas Brawijaya) sama UM (Universitas Negeri Malang), maka bersama ketiga kawan saya (Dedi, Andrian dan Bagus yang biasa saya panggil ndoweh) kami berangkat dari rumah menuju tujuan pertama, kampus UB. Kami berkeliling UB hingga menjelang dhuhur. Karena kecapekan, saya bertanya pada Dedi dimana ada masjid di UB, sekalian bisa sholat dhuhur. “Waduh, saya juga bingung nih, kampusnya gede banget, gak tahu ada masjid apa enggak disini”, ucapnya sambil celingukan. “Eh, di dekat sini kan ada kampus islam yang gentengnya ijo tuh, ayo kita sholat disana saja, pasti ada masjidnya kan?”, lanjutnya.
Akhirnya kami memutuskan sholat dhuhur di kampus islam bergenteng ijo, yang kami tahu ternyata bernama UIN Maliki Malang dari papan nama di halaman depan kampus. Kami sampai di masjid mewah berwarna kuning keemasan dan beraksitektur khas timur tengah. Saking capeknya, setelah melepas sepatu, saya segera berselonjor di tiang masjid sambil istirahat. Melihat teman saya, ndoweh yang tengah sibuk berfoto dengan HP, saya jadi pengen ikutan difoto. “Weh, tolong fotoin aku ya ! Sekalian fotoin juga gedung besar itu. Tahun depan, gedung itu jadi tempat saya kuliah”. Seloroh saya sambil bercanda. Saya betul-betul bercanda karena saya tidak ada niatan untuk kuliah di UIN. Lagipula saya tak tahu gedung itu tempat fakultas apa.
Ajaibnya, dengan izin Allah, tepat satu tahun setelah kejadian itu, Agustus 2012 saya benar-benar ditakdirkan untuk kuliah digedung itu, yang ternyata bernama Gedung BJ. Habibie, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maliki Malang tempat saya menuntut ilmu. Masya Allah, saya tertegun mengingat sabda Rasulullah bahwa ucapan adalah doa. Ucapan saya yang saat itu, walau hanya bercanda ternyata dikabulkan oleh Allah sebagai sebuah doa. Saya tak dapat membayangkan, bagaimana kondisi saya sekarang jika saat itu saya ucapkan kata-kata yang kurang baik.
Maka, kawanku, ucapkanlah yang baik-baik mulai dari sekarang. Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi di hari esok. Siapa tahu, apa yang telah kita alami saat ini adalah bagian dari ucapan kita dimasa lalu. Ucapan yang terlanjur menjadi sebuah doa.
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). (Al-Israa’ : 53). Wallahu A'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H