Mohon tunggu...
CH Hartanto
CH Hartanto Mohon Tunggu... -

Alumni Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta. Project Officer pada Proyek Penyehatan Putra Bangsa dan Proyek Pangan "BERAU NUSANTARA MAKMUR"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Re-Orientasi Tatapraja (1) Hakekat Bernegara

13 Oktober 2011   08:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:00 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Allah telah menurunkan manusia ke dunia untuk hidup, untuk menjalani kehidupan atas dasar perintah-Nya. Dan manusiapun telah sepakat pula menjalankan apa yang ALLAH perintahkan kepadanya. Untuk menjalankan kehidupan, untuk menjalankan perintah-Nya, manusia juga telah dibekali hamparan dunia ini untuk digunakan sebagai bekal bagi manusia untuk menjalani kehidupannya.

Kehidupan identik dengan pertumbuhan atau perkembangan menuju kearah yang lebih baik yang juga telah menjadi naluri manusia. Dan kehidupan selalu ada bergantung kepada kebutuhan yang paling dasar, yaitu PANGAN, PAPAN, dan PEKERJAAN.

Indonesia telah ditakdirkan TUHAN sebagai sebuah Negara yang agraris. Sebuah Negara yang dibekali dengan kekayaan alam begitu melimpah ruah yang sudah pasti adalah bekal yang ALLAH berikan kepada negeri ini untuk menapak menuju ADIL dan MAKMUR, berarti ada wujud KARSA ALLAH untuk membuat negeri ini ADIL dan MAKMUR, sehingga cita-cita ADIL dan MAKMUR adalah cita-cita yang sudah melekat pada setiap putra-putri Pertiwi dan seluruh penduduk negeri ini.

Akan tetapi jika kita melihat keadaan dan keberadaan yang nyata masih banyak hal atau masalah yang perlu kita selesaikan untuk menuju tujuan diatas.

Kembali kita melihat daripada individu / masing-masing dalam menyikapi keadaan termaksud, dimana pada dasarnya sebagai mahluk sosial sebagai pelaku pemegang peran, yang akan terwujudnya harapan terhadap perubahan keadaan dan keberadaan lingkungan masyarakat dan lebih luas dewasa ini.

Untuk itu sudah berbagai cara / upaya yang ditempuh oleh manusia untuk berusaha mewujudkannya dan hasilnya masih belum juga dapat tercapai secara utuh dan penuh. Untuk itu mari kita mulai menyadari dengan menyaksikan dan mengakui akan keterbatasan diri dengan sesungguhnya, kita sekalian sebagai mahluk / ciptaan yang dalam keterbatasan daya, kemampuan untuk meraih tujuan yang suci dan luhur itu.

Bagaimana selanjutnya harapan kita ini ini dalam mencapai tujuan ADIL dan MAKMUR sebagai tujuan yang sacral, suci dan luhur ? Puji syukur kehadirat ALLAH Swt, yang masih menyediakan JALANNYA untuk mencapai tujuan termaksud, yaitu dalam Al Qur’an surat Al-Balad (QS 90) ayat 10-18.

Bilamana kita bersama-sama menyepakati jalan yang telah disediakan oleh-Nya, yakni untuk siap berbuat ADIL dengan sesungguhnya, maka dengan itu perlu adanya satu kebulatan tekad untuk perubahan sikap mental untuk mewujudkan KARSA ALLAH dalam pelaksanaan yang murni dan konsekwen sesuai perintah-NYA, yaitu BERBUAT ADIL ENGKAU DIMUKA BUMI, yang merupakan permintaan ALLAH kepada kita untuk ditunaikan. Dan bila kita dapat menunaikan apa yang menjadi harapan kita akan ditunaikan /diberikan sesuai janji-NYA.

System yang adil adalah system yang mampu untuk menerima dan diterima oleh semua instrument yang ada dalam lingkup tata kelola, baik manusianya, sumberdaya serta aktivitas yang dilaksanakannya. Pelaku system yang adil juga pelaku yang bisa diterima dan menerima oleh semua instrument. Untuk bisa diterima dan para pelaku system haruslah mempunyai sikap mental, karakter, dan system diri yang SANTUN. Karakter santun, suka menyantuni akan menjadi dasar, akan menjadi modal yang utama bagi para pelaku system untuk bisa menjalankan system dengan penuh amanah. ADIL juga berarti pula keseimbangan.

Keseimbangan hidup adalah keseimbangan antara dunia dan akhirat, keseimbangan hubungan Allah Sang Pencipta dan hubungan dengan manusia lainnya.

Hubungan dengan Allah terepresentasi pada komunikasi kepada hal-hal yang diamanahkan Allah kepada manusia. Amanah Allah diwujudkan pada pesan ALLAH yang disampaikan kepada manusia, seperti tanggungjawab social kepada fakir miskin, anak-anak yatim, lanjut usia, kesehatan dan fardhu kifayah (kematian), dll.

REKOMEN:  Sistem ketataprajaan (legislatif)  harus mendasarkan pada hal ini, kemudian kepada wirapraja (Eksekutif) melaksanakannya dengan patuh, tertib dan bertanggungjawab,

Teknis dan gerak implementasinya tergantung Ilmu, harkat dan martabat praja (pejabat).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun