Adanya konflik serta kurangnya kedekatan dengan orang tua sehingga kelaparan yang penderita ciptakan untuk menarik perhatian orang tua. Faktor lainnya yang menjadi seseorang menderita anoreksia adalah hormon tubuh yang tidak teratur dan faktor genetik atau keturunan.
Memiliki kecemasan menjadi gemuk, padahal sudah memiliki berat badan yang ideal atau sudah dibawah ideal.Â
Kecenderungan akan ketidakpuasan terhadap tubuh yang akhirnya mempengaruhi persepsi terhadap bentuk dan berat tubuh.Â
Beberapa gejala penderita anoreksi adalah obsesi memiliki tubuh kurus, berbagai cara mereka lakukan untuk mengontrol asupan kalori mereka secara ketat.Â
Penderita anoreksia biasanya berasal dari masyarakat ekonomi menengah ke atas dan lebih sering ditemukan pada negara maju atau negara barat. Semakin banyak daya beli dan budaya konsumerisme yang meningkat turut menambah kepedulian terhadap citra diri.
Anoreksia dapat berakibat secara fisik maupun psikologis, seperti depresi, gangguan siklus menstruasi, dehidrasi, rambut rontok, kulit kering bahkan hingga ke irama jantung yang tidak beraturan (National Institute for Health and Care Excellence (NICE), 2017).Â
Paling ekstrem anoreksia dapat berakibat fatal seperti kematian, penyakit ini mengakibatkan kematian hingga rasio 10% pada penderitanya.Â
Oleh karena itu, ada beberapa cara agar terhindar dari anoreksia yaitu meningkatkan rasa percaya diri, menerima bentuk dan berat tubuh apa adanya, bersikap realistis, tidak mudah percaya dengan apa yang ditampilkan sosial media ataupun media karena bisa saja hanya editan.Â
Selain itu, memperhatikan pola makan dan gizi disertai dengan olahraga secara teratur dan tidak berlebihan. Meningkatkan komunikasi dengan keluarga terutama orang tua pun sangat penting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H