Pandemi Covid-19 memaksa seluruh daerah harus bertahan dengan mengandalkan potensi dimasing-masing daerah agar roda ekonomi tetap terus berjalan dan masyarakat tidak terdampak semakin parah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu upaya untuk memulihkan kembali ekonomi adalah pengembangan sektor wisata, khususnya wisata religi menjadi alternatif liburan yang tak kalah menariknya.
Secara sederhana, wisata religi dapat diartikan sebagai kunjungan atau ziarah seseoarang atau kelompok ke situs yang dianggap penting terkait dengan penyebaran suatu agama. Tujuannya bukan untuk meminta apapun, melainkan mempelajari bagaimana pendahulu tumbuh menjadi penyebar ajaran yang baik dan juga memberikan doa kepada pendahulu. Wisata religi dinilai selain mendapatkan kesenangan, menguatkan kecintaan kepada sang pencipta juga memberikan ilmu. Sebab, selama mengunjungi situs-situs wisatawan akan diajak untuk mendalami sejarah serta tokoh yang berpengaruh didalam suatu ajaran.
Pada masa adaptasi kebiasaan baru, beberapa tempat wisata religi yang berada pada zona hijau tetap dibuka namun masyarakat harus tetap mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah agar tidak menimbulkan claster baru penyebaran Covid-19. Agar tetap bisa berwisata dengan nyaman, tempat wisata harus difasilitasi alat pengecekan suhu tubuh, tempat cuci tangan yang mudah ditemui serta bila memungkinan diberikan fasilitas alat pendeteksi Covid-19 yang sudah ada dibeberapa stasiun kereta api namun dengan harga yang bisa jauh lebih terjangkau. Kesadaran menerapkan protokol kesehatan tidak hanya pada pengelola daerah wisata, namun juga kesadaran pribadi dari pengunjung. Dan mungkin pedagang didaerah wisata bisa memerhatikan kebersihan produk jualannya agar pengunjung berminat untuk membeli produk yang ditawarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H