Bondowoso - Potensi merupakan hal yang dapat merubah perekonomian suatu desa. Desa yang memiliki beberapa potensi di daerah Bondowoso ialah Banyuputih. Banyuputih memiliki salah satu situs peninggalan sejarah yang hingga saat ini masih dijaga dan dirawat dengan baik oleh masyarakat sekitar, yaitu Betho Labeng. Dijuluki Betho Labeng oleh masyarakat setempat karena batu-batunya tersusun menyerupai pintu.
Betho Labeng memiliki beberapa manfaat yaitu memiliki lubang di tengahnya. Lubang tersebut digunakan sebagai penentu musim, yang artinya apabila matahari terbit dan tepat berada di tengah lubang Betho Labeng maka hal tersebut menunjukkan musim kemarau.Â
Penentuan musim sangat penting untuk diketahui bagi petani karena dapat menentukan tanam apa yang cocok di musim tersebut. Manfaat lainnya yaitu dapat digunakan sebagai media belajar sejarah zaman pra aksara khususnya untuk sekolah-sekolah yang berada di sekitarnya. Selain itu keberadaan Betho Labeng dapat dijadikan sebagai tempat pariwisata yang dapat membantu mendongkrak perekonomian desa.
Betho Labeng merupakan destinasi wisata yang perlu dilestarikan, karena menurut Abdul Wafi (juru kunci situs Betho Labeng) "sekarang Betho Labeng menjadi minim pengunjung akibat kurangnya akses informasi melalui promosi di media sosial." Selain itu, akses jalan juga menjadi salah satu penghambat para pengunjung untuk menuju destinasi tersebut.Â
Bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan roda empat untuk menuju situs Betho Labeng tidak disarankan melewati jalan dari arah Desa Sumbercanting, mengingat akses jalannya masih cukup sempit dan hanya dapat dilewati kendaraan roda dua. Kurangnya pagar pengaman di sekitar Betho Labeng membuat warga harus berhati-hati ketika berjalan mengitari situs megalitikum tersebut. Selain itu, tidak memiliki tempat ibadah, seperti mushola sehingga warga harus keluar dari Betho Labeng jika ingin melakukan ibadah.
Dari beberapa penghambat tersebut diperlukan perbaikan untuk pengembangan destinasi wisata Betho Labeng. Salah satu warga desa Banyuputih menyebutkan bahwa "perlu adanya pembuatan pagar keliling, sumur bor, lahan parkir, loket tiket untuk menarik pengunjung dan agar terawat Betho Labeng di Desa Banyuputih ini", jelas Budi.
Beberapa penghambat tersebut juga diperlukan peran pemuda dalam membantu pengembangan destinasi wisata Betho Labeng, salah satunya adalah mahasiswa KKN. Mahasiswa KKN 85 Usaha Membangun Desa (UMD) Universitas Jember melakukan kegiatan berupa pembuatan youtube, pembuatan papan penunjuk arah. Kegiatan tersebut salah satu peran mahasiswa KKN dalam membantu promosi dan pengembangan destinasi wisata Betho Labeng.
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Â Â Â : Edy Hariyadi, S.S., M.SI
Penulis                                  : KKN Kelompok 85 UMD Universitas Jember
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H