Mohon tunggu...
Catur Pamungkas
Catur Pamungkas Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar Ilmu Pengetahuan Sosial dan Geografi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pendidikan Bahasa 4L@Y

23 September 2012   15:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:51 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa Indonesia dan Kita

“Pendidikan Bahasa 4L@Y”

Dalam fase perkembangan pendidikan anak, dimulai dari lingkungan keluarga sampai sekolah. Dahulu kita sudah dikenalkan dengan bahasa Indonesia. Saat dirumah dikenalkan dengan bahasa Ibu untuk percakapan sehari-hari. Sedangkan saat di sekolahan, diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Penanaman pengenalan bahasa Indonesia itu sendiri tidak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga, masyarakat, dan pendidikan. “Ini ibu Budi”. “Ibu dan Budi pergi ke pasar”. Sepenggal kata-kata yang cukup familiar hingga kini yang diajarkan pada saat pengenalan bahasa Indonesia di masa sekolah TK dulu. Hal ini sesuai dengan apa yang dicantumkan bahwa bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.

Dalam era globalisasi dimana bahasa menjadi kesatuan komunikasi yang lazim digunakan untuk berinteraksi oleh individu maupun kelompok. Hal ini yang turut andil dalam pengaruh perubahan dan trend penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri.

Arus globalisasi yang sangat kuat, apalagi dengan terus berkembangnya dunia maya menjadi salah satu media sosial. Facebook, twitter, merupakan contoh jejaring sosial yang sering digunakan untuk sekedar share informasi, ataupun ngobrol dengan sesama pengguna. Banyak alasan sebagian kalangan muda-mudi mengapa mereka menggunakan jejaring sosial. Entah itu untuk menambah pertemenanan, atau mencari keksasih / pacar, bahkan adapula yang cuma iseng di media sosial.

Hal ini perlu diperhatikan mengenai penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Euforia berkembangnya teknologi yang sekarang bisa digunakan siapa saja kadang menimbulkan gejala yang kurang baik bagi pendidikan bahasa indonesia yang baik. Banyak dijumpai tata bahasa yang tidak semestinya seenaknya sendiri digunakan. Demokrasi? Yap. Betul sekali.

Demokrasi menekankan kepada kebebasan individu yang mengatasnamakan Hak asasi manusia. Salah satunya hak untuk berkumpul, berorganisasi, dan beragama, serta kebebasan tiap individu untuk melakukan sesuatu selagi masih dalam batas hukum yang berlaku.

Life style atau gaya hidup pemakaian bahasa pada zaman sekarang ini mengalami perkembangan yang cukup deras, dalam artian dari perubahan makna dan pemakaiannya. Di Indonesia dalam penggunaan di media sosial dikenal salah satunya dengan wabah ALAY. Ada yang berasumsi bahwa menjadi eksis di dunia maya, menggambarkan kehidupan si pengguna akun media sosial bahkan kepribadiannya. Kembali lagi kepada pembahasan wabah alay yang cukup mengganggu.

Banyaknya akun di Facebook yang menampilkan nama mereka sendiri dengan berbagai style / gaya bahasa yang tidak pas / cocok. Misal : nama asli Catur Pamungkas, di ganti dengan Chatoer Pamoengkaez atau Ch4t03R P4M03n9K@ZZZ.Untuk membacanya saja dibutuhkan pembiasaan dengan tulisan-tulisan yang sedemikian rupa bentuknya. Nah, apalagi jika penggunaannya di media sosial yang semua orang yang berada di jaringan dapat melihatnya. Tentu saja akan mempengaruhi pengguna yang lainnya juga. Lagi-lagi cultural shock atau kekagetan budaya yang merupakan salah satu faktor terjadinya pengambilan sikap terhadap suatu hal yang baru. Jejaring sosial mempercepat persebaran gaya tulisan tersebut. Sungguh tidak ada dalam kamus besar bahasa indonesia mengenai arti dan makna dari gaya tulisan yang dikenal dengan Alay tersebut. Kurang mendidik, bahkan cenderung tidak perlu.

Banyak orang yang menganggap fenomena ini biasa saja. Apalagi apatisme yang bagi sebagian orang dan cenderung masa bodoh dengan semua itu. Sebagai calon pendidik, tentunya perihal wacana yang menyangkut dengan dunia pendidikan termasuk membahas mengenai fenomena yang terjadi.

Yang ditakutkan wabah ini terus menyebar dikalangan remaja kisaran anak SD sampai SMP dan SMA. Pada fase perkembangan remaja menuju kedewasaan memang tidak bisa di ukur dengan usia saja. namun perlunya wabah alay ini perlu dikontrol karena dianggap tidak mendidik. Bukankah kita pernah diajarkan oleh guru kita dahulu? Mengenai cara menulis dan menggunakan alfabet A sampai Z.

Mulailah mencintai Bahasa Indonesia dengan menggunakan sebagaimana mestinya.

By : Catur Pamungkas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun