[caption id="attachment_157958" align="alignnone" width="402" caption="Ilustrasi "][/caption] An, Tua Taher sudah meninggal. Sms yang masuk di hpku. Tua Taher adalah kakak dari Aba saya, wajahnya sangat mirip dengan Abaku. Beliau juga sangat dekat dengan saya. Teringat Februari tahun kemarin, kami menghabiskan waktu malam hanya bersoal jawab masalah Tasawuf. Sampai sekarang masih terngiyang-ngiyang dibenakku pertanyaan beliau dikala itu. "An, Kenapa disetiap doa meminta agar dimudahkan saat sakaratul maut?". Saya tidak menjawabnya, karena saya yakin beliau hanya mengetes saya. Tau ngg kenapa? Karena sakaratul maut itu sakit, sebagai mana kambing ketika dikuliti cetusnya. Makanya Nak, kita perlu memohon agar dimudahkan ketika sakaratul maut, beliau membahasnya sengat detail. Tak menyangka, pertanyaan beliau adalah isyarat, akan meninggalkan dunia selama-lamanya. Hari ini beliau menghembuskan nafas terakhir, untuk menghadap Sang pencipta jagat raya ini. Ana uridu wa'anta turidu Allahu yaf'alu ma yurid. kita hanya membuat rencana. Tapi Allah jualah yang menentukan setiap keinginan kita. Semoga, Pamanku sekaligus Guruku, mendapat tempat yang layak disisi Allah SWT. Darimu kami berasal dan kepada kamu jua kami kembali. Inna lillahi wainna ilayhi rajiun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H