Mohon tunggu...
Sumire Chan
Sumire Chan Mohon Tunggu... Guru - www.rumpunsemesta.wordpress.com

Pengajar dan Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Naik Elf

5 Februari 2022   22:08 Diperbarui: 5 Februari 2022   22:09 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu, tatkala bunyi suara mesin meraung-raung, selalu saja kusibakkan jendela rumah. Meskipun dalam hati sudah meyakini bahwa bunyi yang sedang kudengar adalah bunyi sebuah mobil elf yang menurunkan penumpang dengan barang bawaannya dari bagasi. Refleks, bibirku pasti mencibir. "Hmmm... pasti orang kidul!" (Kidul : sebutan untuk daerah Cianjur Selatan). Nyatanya, pagi, siang, sore dan malam, elf-elf itu memang hobi sekali menurunkan penumpang depan rumah. Posisi rumahku cukup strategis, pinggir jalan datar sehingga memudahkan supir-supir manapun untuk menurunkan penumpang. 

Konon katanya jalur ke kidul itu rusak. Sebagian orang bilang itu jalur perkampungan dengan akses jalan dan supirnya yang seringkali membuat para penumpangnya mabok sampai muntah-muntah. Karenanya setiap kendaraan elf selalu menyediakan kantong kresek. Ah.. semakin sebal saja aku mendengarnya. Tak jarang bawaan para penumpang yang turun dari kendaraan itu adalah mereka yang membawa hasil bumi, mulai dari beras, gula sampai ayam kampung yang dimasukan dalam dus dengan berkokok. Bibirku semakin mencibir saja. Bersumpah untuk tak akan pernah menaiki mobil itu. 

Sore itu, sepanjang perjalanan rupanya aku tertidur pulas. Setelah berhasil melewati 3 kecamatan dengan tertidur. Tinggal dua kecamatan lagi yang akan kulewati dengan rintik hujan ini. Dua jam berlalu. Kini, aku telah berada dalam sebuah terminal, menunggu barisan penumpang untuk antre turun. Setelahnya aku berjalan kaki menuju rumah yang tinggal beberapa meter lagi, sampai sebuah suara terasa memekakan telinga, "Kidul.. kidul..kidul.. ayo kidul neng!" seseorang berbicara dengan cukup keras padaku. Seketika aku hanya menggelengkan kepala dengan lelahnya, "Enggak mang, saya baru aja turun", ucapku lemah. Tak terasa aku sudah tiga tahun lamanya kerja di kidul, seminggu sekali pulang ke kota dengan menaiki elf. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun