Jakarta - Pengadaan gordyn yang dilakukan oleh DPR RI dengan biaya 48,7 Milyar Rupiah sangat melukai perasaan Masyarakat. Hal itu disampaikan dalam pernyataan Pers Pemuda Madani Rabu (30/03/2022).
Menurut Ketua Umum Pemuda Madani, Furqan Jurdi, seharusnya ditengah kondisi keuangan negara yang defisit dan rakyat yang sedang terhimpit ekonomi wakil rakyat harus memikirkan rakyat. Tetapi sayang, justru DPR RI sebagai wakil rakyat mengusulkan kemewahan untuk kenyamanan rumah dinas mereka.
"Ironisnya, anggota DPR sebagai wakil rakyat seharusnya mementingkan aspirasi rakyat, tapi justru mencari kenyamanan pribadi" Kata Furqan Jurdi.
Dia mengatakan anggota Dewan sekarang hanya menuntut dari rakyat, tapi tidak pernah berjuang untuk rakyat. Seperti misalnya, ditengah rakyat yang sedang menjerit akibat kelangkaan minyak goreng, kemudian harga minyak goreng yang tinggi, harga sembako yang terus melambung dan berbagai kesusahan lainnya, anggota DPR tidak  memiliki sensitifitas.
"Membiarkan kondisi dan ekonomi rakyat yang compang camping, justru memperlihatkan wajah sebenarnya dari Anggota DPR RI. Mereka hanya sibuk dengan kemewahan, rakyat yang mereka wakili justru tidak diperjuangkan kepentingannya." Jelasnya.
Disamping itu, menurut Furqan Pengadaan Gordyn untuk Rumah Dinas Anggota DPR RI itu juga berpotensi menyalahi aturan dan dapat menyebabkan korupsi. Sebab, tidak ada transparansi tidak adanya informasi publik dalam pelaksanaan lelang pengadaan itu. dan  menurut dia ini bisa merugikan negara 48 Milyar akibat ulah anggota DPR ini.
"Oleh sebab itu Pemuda Madani menolak secara tegas pengadaan Gordyn Rumah Dinas Anggota DPR RI, dan merekomendasikan 3 point". Katanya
Empat point itu adalah:
1. Membatalkan pengadaan tersebut karena kondisi perekonomian negara yang sedang mengalami krisis, dan mengalihkan anggaran itu untuk kepentingan rakyat.
2. Membatalkan pengadaan Gordyn tersebut karena berpotensi korupsi.
3. Meminta kepada Anggota DPR yang terhormat untuk memperhatikan aspirasi rakyat, jangan hanya ingin fasilitas mewah dari uang rakyat, sementara rakyat sedang kesusahan