Mohon tunggu...
Holy Handayani Syarief
Holy Handayani Syarief Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pasca Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Niqab dan Stigma Negatif Pasca Penyerangan Mabes Polri

7 April 2021   11:40 Diperbarui: 30 Juli 2021   22:14 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iiih sereem..ada ninja, di Mall kok bisa ada ninja siy?! Eeh liat deh..ada teroris lewat, hati-hati pasti bawa bom di dalam cadarnya. Mungkin sering dari kita mendengar stigma negative yang beredar di masyarakat mengenai wanita bercadar, yang sering kali diidentikan dengan misterius, ekslusif, bahkan teroris.  Tapi itu semua merupakan sebuah stigma yang dibangun oleh masyarakat bisa karena realitas atau kepentingan. 

NIQAB DAN STIGMA NEGATIF PASCA PENYERANGAN MABES POLRI

Baru-baru ini Indonesia di hebohkan kembali dengan ramainya istilah “teroris bercadar”.  Dimana dalam dua kasus terakhir pasca bom bunuh diri di Gereja Makasar serta penyerangan Mabes Polri oleh wanita berinisial AZ pada tanggal 31 Maret 2021, seolah membangun kembali stigma negative terhadap para niqaber yang ada di Indonesia.

Sebenarnya apa itu niqab? Mengapa semakin banyak muslimah yang tertarik menggunakan niqab? Padahal dengan menggunakan niqab seorang wanita hanya terlihat mata dan telapak tangan. Apakah dengan menggunakan niqab tidak akan memunculkan kesan tertutup dan ekslusif? 

Menurut Wikipedia, niqab merupakan istilah syar’i untuk cadar yaitu sejenis kain yang digunakan untuk menutupi bagian wajah. Niqab ini biasanya akan digunakan bersamaan dengan hijab. Cadar banyak dipakai wanita di negara-negara Arab sekitar Teluk Persia seperti Arab Saudi, Yaman, Bahrain, Kuwait, Qatar, Oman, dan Uni Emirat Arab. Biasanya juga ditemukan dan digunakan oleh wanita di negara Pakistan, dan beberapa wanita Muslim di negara Barat.

Di Indonesia sendiri, niqab mulai berkembang dan muncul ke publik melalui sebuah komunitas di media social bernama niqab squad, dimana komunitas ini terbentuk untuk meyatukan dan menjadi forum silaturahmi muslimah bercadar tanpa memandang status social maupun ras dengan tetap memegang kaidah agama (syar’i) tetapi bersifat kekinian dan menjangkau semua kalangan melalui berbagai kegiatan social yang dilakukan, seperti bantuan kemanusiaan, seminar, dan berbagai kegiatan lainnya yang memang di posting melalui akun media social.

Dengan kehadiran komunitas niqab melalui berbagai media social seolah memberikan dobrakan baru dan mulai menggeser stigma negative yang berkembang di masyarakat bahwa para niqaber sangat tertutup, misterius, atau bahkan orang yang sangat pantas untuk dicurigai sebagai teroris. Bahkan, apabila kita menelusuri youtube banyak para niqaber yang melakukan social experiment dengan tulisan “hug me” sebagai tanda bagi wanita yang memeluk  niqaber tidak merasa ketakukan bahkan ancaman seperti yang sering diberitakan.

Lalu apa kabar para niqaber Indonesia setelah kejadian penyerangan Mabes Polri? Efek dari penyerangan yang terjadi adalah hadirnya kembali pandangan negative mengenai para niqaber, yang belum dapat kita pastikan bahwa mereka semua adalah teroris. Sama halnya seperti oknum disebuah perusahaan perbankan yang melakukan penarikan uang nasabah dari rekening tanpa sepengatuan si nasabah, walaupun satu atau dua orang yang melakukan, tetapi masyarakat telah memberikan STEMPEL pada perusahaan tersebut bahwa menyimpan dana di perbankan tersebut harus hati-hati.

Jadi disini apa yang dapat kita lakukan? Sebagai bangsa yang memiliki lima sila, salah satunya keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia, sudah sepantasnya kita tidak melakukan justifikasi terhadap para niqaber yang meyakini aqidahnya, selama mereka tidak melakukan tindakan yang memang terbukti bersalah dimata hukum. Mari merangkul perbedaan menjadi sebuah ikatan yang semakin mengeratkan persatuan bukannya merobohkan nilai-nila positif yang ada dalam bangsa kita.  Bhineka Tunggal Ika yang selalu digaungkan bukan hanya sebatas slogan, tapi harus bisa diimplemetasikan dalam kehidupan bermasayarakat, berbangsa dan bernegara.

Penulis            : Holy Handayani Syarief

Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun