pendidikan, dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Ah.. sebaiknya, nanti kita cerita lagi, mengapa saya bisa mengajar di berbagai lintas jenjang Pendidikan.
Sebagai seorang guru yang selalu ingin tahu tentang hal baru, belum pernah saya terpesona dan jatuh cinta sampai sedetail ini. Terlebih, atas kesempatan emas yang pernah saya dapatkan dan berbeda dari rekan-rekan guru lainnya di sekolah tempat saya mengajar sekarang. Saya adalah guru yang pernah mengajar di berbagai lintas jenjangDalam dunia Pendidikan, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan tertentu. Sedangkan dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19. Istilah kurikulum berasal dari Bahasa Latin curir yang artinya Palri dan curere yang berarti tempat berpacu. Sesungguhnya, kurikulum di Indonesia mengalami beberapa perubahan. Mulai dari kurikulum 1947, kurikulum 1994, kurikulum 2006, kurikulum 2013, hingga Kurikulum Merdeka. Dari semua kurikulum itu, hanya kurikulum 1947 yang saya jalani sebagai siswa di dunia Pendidikan sedangkan kurikulum yang lainnya saya jalani dan laksanakan Ketika saya sudah menjadi seorang guru.
Kurikulum Merdeka menjadi alasan terpesona dan jatuh cinta sedetail ini, dalam kurikulum merdeka saya bisa 100 persen mengeksplorasi diri menjadi guru yang memenuhi kebutuhan belajar murid karena melalui kurikulum Merdeka banyak pembelajaran yang lebih berpihak pada murid hingga guru pun bisa menjadi fasilitator terbaik dalam pembelajaran. Dalam kurikulum merdeka, memberikan ruang untuk siswa mengatur ritme belajarnya sendiri, sehingga anak-anak murid saya tidak hanya terpacu mengejar nilai, tetapi juga memahami materi secara lebih mendalam. Nilai bukan menjadi target atau tolak ukur dalam suatu pembelajaran, tetapi semua siswa terpacu semangat belajarnya melalui proses kegiatan pembelajaran. Murid diberikan ruang dan kesempatan berdiskusi, melakukan eksperimen, dan bahkan melakukan proyek-proyek kreatif yang melibatkan murid dalam kelompok.
Dalam kurikulum merdeka, guru pun diberikan ruang untuk merancang materi ajar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi murid di kelasnya, sehingga mampu memfasilitasi keberagaman potensi yang dimiliki oleh setiap anak. Awalnya memang saya bingung tentang kurikulum merdeka yang terbagi menjadi; Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi. Namun hal itu bukanlah menjadi kendala dan meruntuhkan semangat saya untuk terus ingin tahu dan belajar hal-hal baru. Terlebih, sebagai guru yang pernah memiliki kesempatan mengajar di berbagai lintas jenjang Pendidikan, saya pun memiliki kesadaran penuh bahwa kurikulum menjadi hal penting dalam dunia Pendidikan.
Pengalaman saya sebagai guru yang terpesona dengan kurikulum merdeka yaitu, saya mengaplikasikan kegiatan pembelajaran yang menarik kepada anak-anak murid di kelas, pembelajaran tidak lagi menjadi kaku. Dalam kegiatan pembelajaran, saya mengajak anak-anak murid untuk belajar, berkreasi dan mengaplikasikan teknologi dalam pembelajaran sehari-hari. Misalnya saat pembelajaran Bahasa Indonesia tentang iklan, saya mengajak anak murid untuk menuangkan ide nya melalui kanvas menggunakan media teknologi dengan memanfaatkan akun belajar.id, kemudian anak-anak murid berkreasi dan mendesain iklan yang menarik. Hal ini tidak berhenti sampai di sana, tetapi dilanjutkan dengan berlatih mengemukakan pendapat dan gagasannya kemudian saling memberikan respon positif maupun tanggapan demi kemajuan desain yang sudah dibuat. Hal ini menanamkan kemahiran dan kemampuan murid dalam menyampaikan pendapat dan mengimplimentasikan P5 dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang awalnya menjemukkan kini menjadi kesempatan belajar yang aktif dan interaktif karena murid-murid memiliki pilihannya sendiri. Semua itu terjadi juga karena adanya dukungan dari orang tua murid dan senang sekali, saya mendapatkan respon positif dari orang tua murid. Berulang kali saya mendapatkan chat manis dari orang tua melalui WAG terkait kemajuan belajar anak-anaknya, mereka kini bisa kreatif dan aktif dalam kegiatan pembelajaran, mampu mengekspresikan diri dengan positif, mampu memahami materi dengan baik, nilai-nilai pun semakin meningkat. Selain itu, orang tua pun memberikan testimoni positif terkait budaya positif yang saya lakukan di kelas bersama anak murid, yaitu terkait kemandirian mereka dalam menjaga dan peduli dengan kebersihan. Ya,,, kelas kami menjadi contoh bagi kelas- kelas lainnya yaitu di kelas, tidak ada jadwal piket namun keadaan kelas bersih dan nyaman untuk belajar. Kini anak-anak murid lebih disiplin dalam penggunaan seragam sekolah, semakin rajin hadir di sekolah, aktif dan kreatif dalam pembelajaran sehingga Kurikulum Merdeka menjadi alasan utama mengapa saya terpesona dan jatuh cinta.
Begitu besar dampak Kurikulum Merdeka yang saya rasakan dalam aktivitas saya sebagai seorang guru yang melakukan kegiatan pembelajaran bersama anak murid di kelas. Betapa hebat pemikiran yang pernah dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara dan ternyata masih bisa digunakan di zaman sekarang ini. Beliau memiliki filosofi yang luar biasa ; Ing Ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani dan semua itu ada dalam Kurikulum Merdeka. Kelak saya pasti Rindu dengan pesona Kurikulum Merdeka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI