Mohon tunggu...
Gracia Asri
Gracia Asri Mohon Tunggu... -

perempuan yang menulis apa yang pengin ditulis karena punya pendapat dan tidak ingin dituduh sebagai mayoritas pendiam yang selalu dianggap setuju.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Rio de Jeneiro

13 Juli 2014   02:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:31 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mas Rio membuatku merasa kayak di rumah. Hanya ada aku dan Mas Rio.

Aku berjalan di pantainya. Makan nasi dan singkongnya. Di jalannya kutemui ibu penjual kacang mete, cowok ganteng penjual air kelapa muda kotak, tukang jagung rebus keliling dan warung jus buah di sudut-sudutnya.

Segar jus jambu mete dan jus srikaya menyegarkan para sandal-jepiters di seluruh kota. Sandal jepit adalah bagian dari seragam nasional maka tidak heran jika sandal jepit berjejer terpampang di depan semua toko dan supermarket.


Bermula dari undangan njagong manten seorang kawan Brasilia, maka berangkatlah aku dengan dua tas ransel dengan berat 10kilo saja, menyeberang atlantis sendirian.

Sopir taksi sampai terkejut berat ketika aku datang sendiri, aku yang Indonesia.Jauuuuuuuuuuh banget mbak jalannya, gitu katanya. Sambil menambahkan, 16 tahun, saya jadi supir taksi, baru dua kali ini saya dapat penumpang orang Indonesia.(Question:siapa orang pertama itu?)

Lebih heran lagi ketika tahu aku menyeberangi kota hanya untuk pergi ke museum nasional. Tak terhindarkan, kami bicara sepakbola, pas lewat depan anak-anak  vasco da gama yang lagi latihan, ia pun menghentikan taksinya dan menyuruh salah seorang pemain untuk aku ambil fotonya.


Aku lalu seperti mengerti bagaimana Paulo Coelho, penulis Brasil yang sekarang tinggal di Perancis itu bisa menulis cerita indah. Ada bukit bernama roti manis yang sejak ratusan tahun menjadi penanda para pelaut. Dan sekarang ada Patung Yesus Penebus yang mebuka tangannya untuk Rio. Patung Yesus ini menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia baru gara-gara seluruh Brasil dimobilisasi untuk vote di internet.


Apa sebenernya yang membuatku merasa di rumah? Apa karena aku tiap hari naik bis kota untuk pergi berkelilig? Atau karena senyum ramah penduduk kota?

aku pun selalu makan di warteg lokal model prasmanan, silahkan ambil sendiri tarifnya diukur berdasarkan beratnya, jadi piring bukan diitungin isinya apa tapi di taruh di timbangan. rasanya pun dekat dengan lidah Jogjaku ini.


Sepanjang pantai, Copacabana, Ipanema dan Leblon, semua orang sampai kakek dan nenek berjalan dan berlari bahkan ibu menyusui berjogging sambil mendorong kereta bayinya. Pusat kebugaran buka 24 jam dan ada orang yang olahraga jam dua pagi. ya ya, orang Rio sangat sportif dan bukan cuma nonton sport.


Pada pagi terakhirku bersama Rio, aku mencelupkan kakiku di laut Atlantik.. aku akan selalu kembali, meski hanya dalam ingatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun