Mohon tunggu...
Gracia Asri
Gracia Asri Mohon Tunggu... -

perempuan yang menulis apa yang pengin ditulis karena punya pendapat dan tidak ingin dituduh sebagai mayoritas pendiam yang selalu dianggap setuju.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapa Namamu?

19 Agustus 2014   04:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:11 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang Jawa katanya memberi nama  anaknya dengan apa yang dicita-citakan untuk pada  si anak ini ketika dewasa. Harapan ini biasanya bersumber dari eksploitasi yang diharapkan bisa diberikan oleh si anak suatu hari nanti misalnya sugih arta, jaya, hamengku buwono, maradona. Dan biasanya orang tua tidak mengakui hal ini, dan tentu saja hal ini belum tentu benar Berkebalikan dengan kepercayaan bahwa rejeki dan jodoh sudah ada yang mengatur, tidak ada anak bernama miskin atau mlaratarta,.

Jaman dahulu orang yang sederhana memberi nama apa adanya saja misalnya Ponijan lahir nya hari Pon (kenapa bukan Iphone ya, kan sekarang bisa ikut ngetop). Orang tua sekarang, masih kurang lebih berkonsep sama seperti orang dulu, pengin menjadikan anaknya sesuai dengan nama yang disandangnya, tapi tidak cukup dalam artinya saja, tapi langsung aja nyontoh namanya... karena yang dipandang sukses adalah yang kebarat-baratan maka anak-anak semua bernama bule.

Memang hak orang tua untuk memberi nama anaknya sesuai kesukaan mereka, untungnya ada negara seperti Prancis yang mencegah anaknya dikasi nama buruk, jadi seorang anak tidak bisa dinamai hitler atau suharto (untuk melindungi supaya si anak tidak malu dikemudian hari).

Saya sendiri percaya nama tidak ada artinya karena selama hal baik terjadi pada orang baik n orang jahat dan hal buruk terjadi pada orang baik dan orang jahat, maka di dunia ini semua adalah masalah usaha dan kebetulan. Jadi bagaimana kita memilihnya, itu yang membedakannya.

Anak Perempuan dipilihkan namanya oleh orang tuanya; jarang ada nama gagah untuknya yang ada nama bunga, bulan (padahal bulan itu aslinya jelek), pake nama wayang perempuan: Shinta (nggak tahu apa ya, udah diculik, ngga dipercaya suami, trus disuruh membakar diri, ini bukan kesetian, ini kebodohanlevel teratas) ....atau sekarang.. nama-nama bule atau arab yang kira-kira nanti pasti ada nama kembarannya di TK:)

Nama adalah sesuatu yang diberikan pemilik untuk anjingnya, atau produsen untuk barangnya jadi anjing memang ngga bisa memberi namanya sendiri, kecuali si pemilik ngasih nama GUk guk dan tas YSL ada capnya YSL. Ketika si perempuan menikah, tiba-tiba pengin jadi.... anjing atau barang..... milik suaminya.. ..  nama suaminya dipakai-pakai, meskipun kadang nggak ada yang nyuruh atau ngga ada yang keberatan, atau ngga ada yang mati kalo nama suami ngga dipakai.

Lalu.... si perempuan punya anak.. dia menjadi milik anaknya (atas nama cinta gitu katanya meskipun yang terdengar hanya keluhannya ... dan kata bahagianya adalah 'akhirnya bisa punya me time setelah 3 tahun') namanya berubah jadi ibunya Michael atau Ibunya Natascha.

Wahai perempuan, aku ingin memanggil namamu sendiri saja...  Siapa namamu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun