Mohon tunggu...
Dr Chandra Yusuf SH, LLM, MBA, MMgt
Dr Chandra Yusuf SH, LLM, MBA, MMgt Mohon Tunggu... -

Saya berprofesi sebagai dosen Pascasarjana Program Magister Kenotariatan (MKn) Universitas YARSI dan pengacara di dalam bidang litigasi dan konsultan hukum korporasi, khususnya pasar modal pada kantor pengacara Chandra Yusuf and Associates Law Firm, Saya menyelesaikan pendidikan S1 pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan S3 (By Research) dengan konsentrasi Pasar Modal pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Master of Accounting, Monash University, dan menyelesaikan 3 S2, yakni Master of Law (LLM), University of Melbourne; Master of Business Administration (MBA) dalam bidang Finance, Oklahoma City University dan Master of Management (MMgt), University of Dallas) dalam bidang International Finance.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Emosi yang Mempengaruhi Transaksi Saham

17 Oktober 2016   05:31 Diperbarui: 17 Oktober 2016   11:01 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

Apakah pasar modal di Indonesia efisien? Untuk mengerti pasar modal yang efisien, teori yang paling mungkin untuk menjelaskannya adalah Efficiency Market Hypothesis (EMH), “suggests that at any given time, prices fully reflect all available information on a particular stock and/or market”. Informasi yang tersedia terdiri dari: Pertama, informasi lemah (weak information) berasal dari masa lalu dan informasi ini tidak dapat memengaruhi harga saham.

Kedua, informasi semi kuat (semi strong information) mengungkapkan seluruh informasi publik telah termasuk dalam harga saham. Ketiga, informasi kuat (strong information) adalah informasi yang tidak hanya mencakup informasi publik, akan tetapi juga informasi pribadi (Eugene Fama, 1970). Informasi pasar modal yang efisien tidak dapat digunakan untuk mengambil keuntungan karena harga saham di pasar modal telah merefleksikan semua informasi.

Namun, pasar modal memerlukan keadaan “efficiently inefficient”. Diibaratkan pengemudi mobil harus berjajar dalam kemacetan, sehingga pengemudi mobil yang ingin mempersingkat waktu perjalanannya harus mengganti jalurnya ke jalur yang kosong (Lesse Perdesen, 2015). Bila seluruh jalur penuh, pengemudi mobil tidak melakukan apa pun atau bersifat pasif saja. Informasi dapat berguna, bila pasar modal tidak efisien. Praktisnya, investor tetap dapat mengambil keuntungan dibandingkan investor lainnya dalam transaksi yang sama. Oleh karenanya, pasar modal Indonesia bukanlah pasar modal yang efisien.

Investor rasional di pasar modal akan menggunakan informasi yang dapat memaksimalkan keuntungannya. Dalam mengambil keputusan keuangan, investor akan terpengaruh dengan perilaku rasional dan juga perilaku tidak rasional. Perilaku investor rasional, “based on the assumption that parties having access to all available information, acting in their own self-interest, will make rational and competent decisions” (C. Michael Carty, 2005). Perilaku investor yang rasional berdasarkan EHM akan menggunakan random walk theory. Pasar efisien yang telah mencakup informasi di masa lalu sehingga harga saham keterkinian tidak akan memberikan kesempatan kepada investor untuk mencari keuntungan transaksi saham berdasarkan informasi. Pembelian dan penjualan saham seperti orang melempar dart dengan mata tertutup (Burton Malkiel, 1990).

Faktanya, investor menggunakan dua analisis yang menggunakan informasi masa lalu dan masa depan, yakni analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal mengandalkan informasi masa lalu. Investor hanya melihat kecenderungan kenaikan atau penurunan harga saham. Sementara analisis fundamental memprediksi harga saham melalui kemungkinan peristiwa yang terjadi di masa depan. Investor sering menggabungkan keduanya untuk mengambil keputusan melakukan transaksi saham.

Dalam hal ini, investor memercayai informasi masa lalu belum sepenuhnya terungkap. Informasi masa depan masih dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham. Oleh karenanya, pasar modal tidak efisien karena informasi masa lalu dan masa depan tidak tecermin dalam harga saham.

Sebaliknya, perilaku investor rasional dapat menjadi tidak rasional, “people often become the victim of cognitive and emotional biases which compel them to behave in an irrational manner” (Tarak Paul, 2014). Investor bertindak tidak lagi menggunakan informasi yang tersedia untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, akan tetapi ia mengikuti emosi yang cenderung membuat penyimpangan. Investor dapat memiliki bias emosi karena percaya diri berlebihan, keputusan menggunakan informasi masa lalu yang tidak memiliki informasi unggul, penggunaan informasi yang hanya dikenal oleh investor, diversifikasi yang tidak sempurna, penjualan saham karena rasa takut kehilangan keuntungan (wharton@work, 2012).

Emosi akan memengaruhi investor untuk membuat keputusan melakukan transaksi saham. Investor terkecoh dengan pergerakan di pasar modal bukan karena informasi masa lalu atau masa depan, akan tetapi investor yang dipenuhi dengan emosi melakukan transaksi mengakibatkan timbulnya kecenderungan harga saham di pasar modal.

Kesimpulannya, investor akan mengandalkan emosi individual yang dapat memengaruhi pergerakan harga saham di pasar modal, bukan informasi yang efisien di pasar modal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun