Mohon tunggu...
Dr Chandra Yusuf SH, LLM, MBA, MMgt
Dr Chandra Yusuf SH, LLM, MBA, MMgt Mohon Tunggu... -

Saya berprofesi sebagai dosen Pascasarjana Program Magister Kenotariatan (MKn) Universitas YARSI dan pengacara di dalam bidang litigasi dan konsultan hukum korporasi, khususnya pasar modal pada kantor pengacara Chandra Yusuf and Associates Law Firm, Saya menyelesaikan pendidikan S1 pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan S3 (By Research) dengan konsentrasi Pasar Modal pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Master of Accounting, Monash University, dan menyelesaikan 3 S2, yakni Master of Law (LLM), University of Melbourne; Master of Business Administration (MBA) dalam bidang Finance, Oklahoma City University dan Master of Management (MMgt), University of Dallas) dalam bidang International Finance.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Efisiensi Pasar Modal yang Memberikan Keadilan

12 Oktober 2016   13:33 Diperbarui: 12 Oktober 2016   14:32 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Di dalam melakukan analisa saham di pasar modal, investor menggunakan pendekatan dalam memprediksi perkembangan nilai saham di pasar modal. Ia akan melihat perbedaan nilai saham dan mengambil keputusan untuk melakukan transaksi. Tentunya perbedaan nilai saham masa lalu, saat ini  dan masa depan akan menjadi patokan dalam melakukan transaksi. Perbedaan nilai di dalam waktu yang berbeda akan menunjukkan kecenderungan dan prediksi perkembangan nilai sahamnya.  

Investor perlu memperhatikan pergerakan nilai saham dengan mengikuti kecenderungan perkembangan nilai saham. Informasi masa lalu dapat memberikan prediksi arah kenaikan atau penurunan nilai sahamnya. Investor akan membeli saham ketika nilai saham akan naik dan menjualnya ketika nilai saham akan turun. Analisanya berdasarkan informasi di masa lalu. Pendekatan ini disebut sebagai technical analysis.

Namun, dalam random walk theory, perubahan nilai saham tidak memiliki pijakan dan tidak dapat diprediksi. Pergerakan nilai saham memiliki distribusi kenaikan atau penurunan yang sama terhadap setiap saham. Oleh karenanya, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk melihat perbedaan nilai saham. Hal ini menunjukkan kelemahan dari penggunaan technical analysis.

Selain itu, ada pendekatan lainnya. Investor akan melakukan transaksi saham, bila nilainya dipercaya akan meningkat di masa depan, misalkan. Ketika investor membeli saham berdasarkan informasi yang memprediksi nilai sahamnya di masa depan, maka ia akan menggunakan informasi perusahaan dan industri yang akan berkembang di masa depan. Investor tersebut telah menggunakan fudamental analysis.  

Di dalam analisa efficiency market hypothesis(EMH), Pasar modal memiliki strong form dari EMH yang menunjukkan informasi yang dimiliki dianggap telah merefleksikan semua informasi masa lalu. Tentunya technical analisys bertentangan dengan market efficiency hypothesis. Investor yang  menggunakan informasi masa lalu tidak dapat mengambil keuntungan dari informasinya. Ada semi strong dari EMH yang menunjukkan informasi publik saat ini telah termasuk dalam seluruh informasi yang terbaca di pasar modal. Investor yang  menggunakan informasi saat ini tidak dapat mengambil keuntungan dari informasinya. Sementara itu penggunaan informasi pribadi yang belum dipublikasi dianggap sebagai weak form dari EMH. Investor tidak dapat menggunakan informasi pribadi karena penggunaannya dibatasi oleh hukum. Dengan demikian pendekatan fudamental analysis menjadi tidak berguna karena informasi di pasar modal telah mencerminkan seluruh informasi secara akurat di dalam pasar modal.

Nyatanya, EMH juga memiliki kelemahan. Di dalam pasar yang efisien, investor memiliki asumsi yang berbeda. Investor dapat mengevaluasi nilai saham di pasar modal  lebih tinggi atau investor lainnya dapat mengevaluasi nilai saham di pasar  modal lebih rendah. Hal ini akan mencapai hasil yang berbeda. Selain itu, keuntungan investor tidak selalu sama di dalam pasar modal yang efisien. Faktanya, setiap investor tidak memiliki keuntungan yang sama di dalam transaksi saham yang sama. Logikanya, satu investor mendapatkan keuntungan tidak mengakibatkan seluruh investor mendapat keuntungan dari transaksi saham yang sama. Di dalam praktik Warren Buffet, investor dapat mengalahkan pasar modal. Meskipun pasar modal telah mencapai pasar yang efisien. Penerapannya investasi jangka panjang yang menggunakan indek dana secara keseluruhan, sehingga kenaikan dan penurunan nilai saham berdasarkan seluruh keuntungan dan kerugian perusahaan, bukan investasi jangka pendek.

Penggunaan software yang baku di dalam technical analysis akan menghapus perbedaan asumsi dan hasil transaksi saham.   Investor akan mendapatkan keuntungan yang sama karena fund manager melakukan investasi di dalam jumlah besar sekaligus. Sayangnya Buffet tidak memperhitungkan investor yang hanya dapat  berinvestasi dalam jangka waktu yang singkat sehingga emosi ikut serta di dalam transaksi sahamnya.

Kesimpulannya, random walk theory dan EMH masih berlaku untuk transaksi saham jangka pendek yang mengakibatkan semua investor akan mendapatkan keadilan dalam melakukan transaksi saham di pasar modal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun