Mohon tunggu...
Chandra Situmeang
Chandra Situmeang Mohon Tunggu... Dosen -

Silahkan Kunjungi :\r\nhttp://www.chandrasitumeang.com/riwayathidup.php

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terima Kasih Gus Mus Telah Menunjukkan Mulianya Orang yang Ber-Tuhan

28 November 2016   11:04 Diperbarui: 28 November 2016   11:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“…karena jika agama membuat keadaan menjadi kacau, maka sangat logis mereka (para atheis) akan semakin bersemangat menggugat keberadaan Tuhan”

Kejadian penghinaan yang dilakukan Pandu Wijaya terhadap KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) memberikan pelajaran yang baik bagi saya. Respon pemaafan yang diberikan beliau benar-benar menyentuh jiwa saya, bukan hanya karena pernyataan beliau bahwa telah memaafkan tapi karena melihat keseluruhan respon yang begitu lembut, natural, tanpa terkesan ingin menonjolkan diri. Respon yang sama juga ditunjukkan sebagian ulama yang juga turut dihina dalam waktu belakangan ini. Saya yakin dalam diri beliau-beliau yang terhormat tersebut tercermin nilai-nilai Islam yang luhur. Apa yang ditunjukkan oleh mereka memberikan antithesis, mereka memberikan kekaguman sementara sebagian yang lain menimbulkan ketakutan.

Melihat sikap beliau saya dapat memahami mengapa Islam dan agama-agama lain diterima di daerah yang sebelumnya belum mengenal agama-agama tersebut. Dalam sejarah Indonesia, Islam mencatat kiprah para Wali dan Kristen mengenal Nomensen (Penginjil ke tanah batak) dan berbagai penginjil lain. Berdasarkan berbagai catatan yang saya baca tentang sikap dan tindakan mereka, saya menyimpulkan mereka mengajarkan iman yang mereka yakini dengan lembut dan baik. Justru kelembutan dan kebaikan yang mereka tunjukkan menjadi daya tarik bagi masyarakat pada masing-masing era dimana mereka berkarya. Saya yakin apa yang ditunjukkan Gus Mus lebih menyentuh hati, bukan hanya bagi saudara-saudara muslim, tetapi bagi kami juga yang imannya berbeda.

Sebagai seorang Kristen, saya bisa memaparkan sedikit contoh catatan tentang Nomensen. Nomensen datang ke tanah Batak dari Jerman pada tahun 1834, tentu dia sudah mempelajari catatan sejarah bahwa tiga penginjil terdahulu telah diusir dan dua orang telah dibunuh oleh orang batak. Dia memutuskan untuk tetap datang dengan keyakinan bahwa kelembutan akan mengalahkan kebiadaban. Suatu ketika dia akan dibunuh dengan meracuni makanannya oleh penguasa yang merasa pengaruhnya berkurang setelah Nomensen mampu merebut hati sekelompok orang. Setelah Tuhan membantu dia terhindar dari upaya pembunuhan itu dengan mengalihkan racun tersebut ke anjing peliharaannya, dia tidak membenci orang yang akan meracuninya. Pemaafan yang dia berikan justru menjadi jalan Tuhan menyentuh hati banyak orang.

Jadi, jika anda yakin bahwa bertindak dan berteriak secara keras dan menakutkan akan berhasil membuat agama menjadi besar, kirimkanlah orang-orang dengan profil seperti itu ke tengah manusia barbar yang sama sekali belum mengenal Tuhan. Saya sangat yakin mereka akan pulang tinggal nama, hanya kelembutan yang mampu merebut hati orang lain. Dalam pribadi yang lembut kita dapat mengekspresikan secara integratif seluruh nilai-nilai iman dan kemanusiaan dengan sangat menarik sehingga akan membuat orang dapat melihat indahnya orang yang berTuhan. Nilai-nilai tersebut seharusnya akan membuat sebuah tempat menjadi semakin baik, karena jika agama membuat keadaan menjadi kacau, maka sangat logis mereka (para atheis) akan semakin bersemangat menggugat keberadaan Tuhan. Ketika kita membuat agama menjadi sumber ketakutan, kekacauan, kebencian, dan berbagai hal negatif lain sesungguhnya anda sedang memupuk atheisme.

Gus Mus, terima kasih telah menunjukkan bahwa orang yang berTuhan punya sikap yang mulia. Tuhan memberkatimu dengan kebijakan, panjang umur, dan kesehatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun