Mohon tunggu...
chandra efendi
chandra efendi Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Mandarin

Saya adalah Guru Bahasa Mandarin yang berfokus kepada mengajar materi HSK (Materi stardar tes internasional Bahasa mandarin). sebelumnya juga pernah mengajar matematika SMP dengan berbekal latar belakang pendidikan di Teknik. Di waktu senggang saya sangat menyukai nonton "Donghua" animasi cina

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Piket Kelas, Masihkah Ini Dijalankan?

7 Oktober 2022   14:30 Diperbarui: 7 Oktober 2022   14:52 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sungguh masih ingat di benak saya, saat itu saya mendapatkangiliran untuk piket kelas. Jadwal piket sydah dibagi dan petugas piket haruslahdating lebih awal dan pulang terakhir. Sekilas saat itu yang dirasakan adalahperasaan malas dan kesal. "kenapa harus siswa yang membersihkan kelas?"

Kemudian kembali lagi kita berpikir :"apakah relevansi piketkelas dengan dunia pendidikan?" dan masih relevankankah hal ini dilakukansekarang. Piket kelas ternyata tidak hanya kelas menjadi bersih  namun bertujuan membuat anak menjadibertanggung jawab, dating paling awal dan pulang terakhir adalah bentukkedisiplinan dan tanggung jawab yang akan ditanamkan ke anak. Lalu relevansidengan kondisi zaman saat ini tentu saja sangat kuat dimana banyak siswa yangbahkan tanggung jawab utamanya dalam hal belajar saja mungkin dilupakan.

Lalu seberapa besar dukungan orang tua terhadap hal ini?Sebagian besar menganggap hal ini tidak begitu penting karena menganggap anakjika sudah waktunya pulang dan harus segera dijemput dan pulang. 

Hal lainnya lagi bagi orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah swasta, mereka merasasudah "membayar" iuran pendidikan dan seharusnyalah sekolah memfasilitasi pihakketiga dalam proses membersihkan kelas. Ini sungguh merupakan "jembatan"komunikasi yang terputus antara orang tua dan sekolah. Sungguh proses kerjasamadan gotong royong yang didapat dalam proses piket kelas tidak dapat tergantikandengan sejumlah "biaya" yang dibayarkan ke sekolah.

Sekolah sendiri sebagai lembaga pendidikan selainmengajarkan aspek sosial dalam kegiatan piket kelas dapat juga menjadikan halini sebagai acuan melakukan penilaian norma. 

Penilaian acuan norma (PAN) merupakanpenilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok. Istilah "norma"menunjukkan kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksudkan dengan"kelompok" adalah semua peserta didik yang mengikuti kegiatan tersebut. Dalam halini "kelompok" dapat berarti sejumlah peserta didik dalam satu kelas atausekolah sekolah, bahkan dalam satu  wilayah.

Dengan demikian sekolah memiliki standar penilaian yang jauhlebih luas dibanding dengan hanya mengukur kecerdasan dan intelektualitas dapatjuga melakukan pemantauan perkembangan terhadap kerjasama, sosialisasi dankecerdasan emosional siswa dalam menghadapi keberagaman sifat, karakter danpendapat dalam keberagaman kelompok melalui piket kelas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun