Mohon tunggu...
Dinar Chandra Puspita
Dinar Chandra Puspita Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Hi, I'm Dinar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membebaskan Anak Bereksplorasi dengan Metode Montessori

2 Maret 2020   06:40 Diperbarui: 2 Maret 2020   06:43 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para orang tua menerapkan berbagai metode parenting  agar buah hatinya memperoleh perkembangan secara optimal, salah satunya dengan menerapkan metode Montessori. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Maria Montessori sekitar tahun 1907, didasarkan oleh pengalaman beliau ketika merawat anak-anak berkebutuhan khusus di Casa Dei Bambini, Itali. 

Menurut Dr. Montessori, seorang anak memiliki masa-masa peka dari lahir hingga usia 6 tahun. Masa peka merupakan masa dimana anak mencapai kematangan tertentu. Pada masa ini ditekankan mengenai adaptasi dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya. Setiap anak dapat memilih aktifitas belajar yang diinginkannya. 

Aktifitas belajar tersebut tentu saja telah diatur sedemikian rupa oleh pendidik supaya menumbuhkan kemandirian, kebebasan dan keteraturan bagi si anak. Anak bebas mengeksplorasi dan memanfaatkan lingkungan yang ada untuk mengembangkan pribadinya. Interaksi dengan pendidik terjadi ketika anak membutuhkan bantuan atau arahan yang diperlukan.

Metode Montessori secara tidak langsung menjadi gerbang untuk mengenalkan pendidikan bagi anak di usia dini, sehingga tak heran jika metode ini begitu populer di lembaga PAUD. Metode ini diterapkan dengan tujuan untuk memupuk rasa keingintahuan anak, menumbuhkan kecintaan anak terhadap ilmu pengetahuan, serta memotivasi anak untuk terus belajar. 

Penerapan metode Montessori di sekolah umumnya mengutamakan bidang kemampuan berbahasa, pengenalan konsep dasar matematika (mengenal bentuk bangun, ukuran, dan angka),mengajarkan budaya (etiket dan moral), sensorik dan keterampilan harian.

Ciri sekolah yang menerapkan metode Montessori:

  • Anak dapat memilih kegiatannya sendiri, yang telah dirancang sesuai rentang usianya dan tahap perkembangannya. Pendidik tidak memberikan instruksi, mereka akan menjelaskan sesuatu ketika anak bertanya atau membutuhkan arahan.
  • Lingkungan belajar yang ramah anak. Ruang belajar disesuaikan sedemikian rupa sehingga dapat memfasilitasi gerak fisik dan kebutuhan anak. Rak buku, tempat mainan, tombol lampu dibuat sesuai ukuran anak untuk melatih kemandiriannya. Alat-alat yang digunakan sebagai media pembelajaran pun menggunakan alat sebenarnya, bukan alat mainan.
  • Menggabungkan kelompok anak dengan usia yang berbeda-beda pada satu kelas, umumnya anak dengan rentang usia 2,5 hingga 6 tahun. Hal ini bertujuan agar anak yang berusia lebih kecil dapat belajar dari anak yang lebih besar. Sementara anak dengan usia lebih besar dapat memperkuat kemampuan mereka, belajar konsep berbagi dan mengenal empati.
  • Anak akan belajar dan beristirahat sesuai waktu yang telah ditetapkan, hal ini akan melatih keteraturan dan mengenalkan mereka pada rutinitas.

Kelebihan metode Montessori:

  • Metode pembelajaran non tutorial seperti ini akan mempermudah anak menyerap informasi. Karena anak akan memperlajari suatu hal melalui aktifitas gerak dan penginderaan sendiri, sehingga melatih kemampuan kognitifnya melalui pengalaman secara langsung.
  • Anak memiliki kebebasan menentukan kegiatan dengan materi yang ia pilih sendiri. Sehingga anak akan belajar karena ia memang benar-benar mau dan menginginkannya, bukan karena terpaksa. Selain itu, anak juga memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya sendiri.
  • Anak akan belajar mengenai empati terhadap sesama, sopan santun, tata karma, dan kebaikan. Peran orang tua adalah membantu mereka untuk menghargai perasaan mereka sendiri.

  • Kekurangan metode Montessori:
  • Metode ini tidak digunakan di sekolah umum. Sehingga bagi anak yang akan melanjutkan di sekolah umum perlu beradaptasi lagi.
  • Komunikasi antara orang tua dan anak di rumah perlu diselaraskan dengan komunikasi yang dilakukan antara pendidik dan anak di sekolah. Orang tua baru mungkin akan sedikit kesulitan untuk memberi arahan jika menemui aktifitas anak yang mengarah kepada perilaku yang tidak diinginkan.
  • Cara untuk memperbaiki kesalahan anak dalam metode Montessori kadang menimbulkan dampak negatif, hal tersebut kemungkinan timbul karena seringnya anak melakukan koreksi sendiri tanpa mendapat apresiasi atas usaha yang telah dilakukannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun