Apakah GMO food berdampak pada lingkungan?
Hal tersebut masih dalam penelitian lebih lanjut, namun pada budidaya tanaman transgenik penghasil GMO food berpotensi untuk mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya kemungkinan terbesar adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang lebih kuat atau resisten) di lingkungan. Selain itu pembiakan tanaman transgenik dapat menimbulkan perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain di alam melalui penyerbukan (polinasi) dengan bantuan angin atau hewan.Â
Akibatnya, dapat terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi merugikan lingkungan serta menyebabkan fenomena kontaminasi benih. Kontroversi mengenai GMO food terus bergulir melibatkan para konsumen, petani, perusahaan bio-teknologi, pembuat kebijakan, organisasi nirlaba, dan juga ilmuwan. Beberapa kampanye penolakan penggunaan tanaman transgenik sebagai sumber makanan pun juga banyak bermunculan.
Bagaimana cara menghindari konsumsi GMO food?
- Usahakan untuk mengonsumsi makanan yang ber-asal dari pertanian lokal yang masih alami atau menggunakan pangan organik.
- Bila mengonsumsi produk makanan impor (baik yang segar maupun beku), selalu perhatikan label yang tercantum. Cari produk dengan segel yang bertuliskan ‘organic product’ atau ‘non-GMO verified project’.
- Minimalisir konsumsi produk makanan impor yang disinyalir merupakan hasil transgenik seperti alfalfa, canola, jagung manis, kapas, pepaya Hawaii, kedelai, kacang polong, gula bit, zucchini, edamame, tomat, dll.
- Sering-seringlah mencari tahu mengenai informasi dari mana sumber makanan yang anda konsumsi itu diproduksi.
- Untuk produk ikan, lebih baik memilih produk ikan laut segar tangkapan nelayan, bukan produk ikan budidaya yang diberi pakan tambahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H