Banyak sekali aliran beladiri di Indonesia, karena takut salah maka tdk disebutkan jumlahnya di sini. Â Awal cerita dibentuknya IPSI justru karena jumlahnya yg banyak itu, spy mrk mengenal satu sama lain dan ujung2nya spy mrk sama2 bisa diadu atau dipertandingkan spt sekarang ini, bahkan sdh cukup lama.Â
IPSI ternyata menggunakan seragam hitam hitam yg wajib dipakai oleh semua perguruan silat yg ada pd setiap acr IPSI yg rupanya juga keterusan krn pada akhirnya IPSI menjelma menjadi aliran silat tersendiri dgn mengadopsi bbrp gerakan dr bbrp aliran yg ada.
Bahkan pd pertandingan silat ala IPSI banyak yg tdk diperbolehkan utk dipukul/diserang atau dijadikan target serangan, padahal mrk sdh menggunakan pelindung badan (body protector), tp seperti kepala, leher dan mata tetap terlarang utk dijadikan sasaran. Apalagi bila serangan terkena bagian kemaluan, maka itu adalah pelanggaran fatal. Â
Semua itu masuk akal dan jadilah antar perguruan silat itu diadu dalam arena pertandingan dgn batasan tersebut. Negara melalui ipsi mgkn ingin mengakomodir semua perguruan silat yg ada, cuma semakin lama terlihat bhw yg ada justru mengecilkan  perguruan2 silat tersebut, baik dr mulai seragam sampai kepada gerakan2 yg dipertandingkan.Â
 Apa sebenarnya yg kita cari? Krn kalau alasan keamanan antar perguruan silat itu justru tidak pernah berkelahi atau tawuran.  Kalau mrk dibiarkan berkembang dgn potensinya masing2 mk bukan tdk mungkin mrk membesarkan nama perguruan dgn teknik mereka sendiri2? dan itu memacu yg lain utk ikut maju dan membesarkan perguruan silat yg lain. Â
Belum lg dgn adanya IPSI selama ini terjadi penguasaan organisasi tersebut oleh satu perguruan yg orangnya terpilih sbg ketua IPSI. Â Silat bukanlah sekedar olahraga, tapi muncul dr perkembangan peradaban yg kemudian menjadi bagian dr budaya Nusantara dgn philosofi yg beragam dan mulia yg dibangun oleh para tetua kita dan para leluhur yg sdh banyak berjasa. Â Bila negara membantu mrk, mk budaya persaingan yg sehat tentu akan lebih mudah bertumbuh.
Wallahu alam bishowab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H