Ternyata penggemar judi online sangat banyak dan tdk heran kalau banyak pejabat dan kepolisian terlibat.  Judi bukanlah masalah luar biasa, krn sejak dahulupun judi sdh dikenal masyarakat secara luas. Bila judi ataupun bentuk permainan lain yg menggunakan uang dilakukan oleh orang yg berduit (the have), apalagi jika sebagian keuntungannya disumbangkan utk dana sosial mgkn tdk terlalu membawa mudarat (dampak negatif). Mudaratnya sangat terasa karena para pelakunya adalah orang2 yg kadang makan kadang tidak atau berada di bawah garis kemiskinan. Penyakit masyarakat ini dulu berkembang banyak pada daerah miskin yg bercampur dgn bau alkohol dan tuak, sehingga sering memicu keributan lokal ataupun retaknya hubungan dalam rumah tangga. Sekarang judi online menyasar siapa saja khususnya para pelajar atau mhsw yg sdh familiar dgn laptop/komputer bhkan yg punya HP pun sdh bisa ikut mencoba. Judi adlh pekerjaan orang malas/banyak waktu namun mengasyikan (spt permainan kartu dsbnya) padahal mrk tahu bhw judi yg hanya sekedar tebakan (spt porkas) adlh satu tipuan yg berhasil menciptakan halusinasi mistis ttg nomor yg akan keluar.  Sekarang juga sangat terasa bhw judi online lebih menggiurkan dgn menggunakan anggaran negara, bbrp asn ikut sbg pemain aktif. Judi online akan lebih masif dan berbahaya dampaknya, krn sistem pengawasannya yg mmg di Konoha sangat lemah dalam segala hal, umumnya mrk menghalalkan semua cara biar tetap eksis dan kerugian rusaknya moral terutama pd generasi penerus tdk sepadan dgn keuntungan yg diperoleh. Kalau mau judi jangan online donk  kalau di lapangan banyak orang senang bermain kartu/gapleh scr langsung, jd bisa saling bully
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI