Masalah mengeruk batubara mgkn jauh lebih mudah drpd memelihara pohon atau sawit utk tumbuh, itu makanya pekerjaan menambang batubara sepertinya lebih menjanjikan krn prosesnya singkat dan disebutlah dia sbg pengelolaan SDA ekstraktif. Â Kebanyakan orang senang yg instant yg cepat mendatangkan keuntungan, padahal tdk bisa dipungkiri bhw Reklamasi lahan bekas tambang memerlukan waktu yg panjang dan biaya yg tdk sedikit.Â
Sudah sama diketahui bhw sebuah perusahaan tambang hrslah besar dan besar juga tanggung jawabnya terhadap lahan yg ditinggalkannya. Â Scr keseluruhan mrk hrs mengembalikan lahan bekas tambang sesuai rona awal kawasan tsb sebelum di eksploitasi? Â
Tp dari dulu pun persyaratan tsb sulit dipenuhi, dan akhirnya diterlantarkan serta banyak memakan korban nyawa anak2 yg mati tenggelam di kolam bekas tambang yg tdk ditutup.Â
Ini kesulitan tersendiri sebenarnya karena tanah yg digali (overburden) tdk cukup utk menutup kembali lobang bekas tambang tersebut. Â Artinya biaya utk itu sangat mahal dan tdk sebanding dgn harga dan banyaknya batubara yg tersedia di kawasan tsb. Â Jd besarnya cadangan batubara yg ada dan waktu yg diberikan utk mengambilnya (sesuai kemampuan pengelola) dan lamanya wkt Reklamasi lahan sehingga memenuhi syarat utk dikembalikan sangat membuat masalah lingkungan dlm jangka panjang nantinya? Â
Itulah sebabnya hanya perusahaan besar yg banyak mendapat konsesi tambang tsb krn komitmen lingkungan yg tinggi dan ketat. Â Apakah bilamana Ormas yg jd owner mrk punya semua itu? Sy takutnya bukan hanya lingkungan yg rusak, tetapi agama mereka juga ikut rusak