Dampak perubahan iklim yg dahsyat atau mulai surutnya persediaan minyak mentah, telah memaksa kita utk lebih cermat lagi dalam penggunaan energi fosil, bahkan meninggalkannya dan menggantikannya dengan energi baru  terbarukan.  Kedengarannya bagus, namun energi baru terbarukan itu haruslah dr hutan yg dikelola secara berkelanjutan.  Karena suasana yg mendunia memaksa kita utk lebih banyak lagi menanam dan memelihara pohon hutan. Pengamat mengatakan bahwa emisi gas rumah kaca menjadi penyebab          pemanasan global. Pemanasan 1-2,5 bisa menjadi penyebab panasnya bumi scr keseluruhan, padahal dampak yg nyata mestinya pd daerah kutub saja.  Padahal asap yg terbentuk lebih banyak terjadi dr pembakaran yg tdk sempurna krn yg terbakar adalah serasah, sisa tebangan lama ataupun sampah organik spt batubara yg berproses dr pembusukan kayu hutan menjadi bahan gambut. Api kuning adalah contoh pembakaran tdk sempurna dan adanya keterbatasan ketersediaan oksigen.  Asap kendaraan umumnya menghasilkan CO dan sering disebut zat lemas karena berpengaruh lemas dan pusing kepada manusia.
Lalu betulkah asap2 itu bergerombol menutupi atmosfir dalam jangka pendek sangat mungkin, tapi perlahan (jangka panjang) CO2 itu akan terurai dan atau ditangkap kembali oleh butir hijau daun banyak vegetasi ataupun ditangkap oleh proses terbentuknya batuan kapur di beberapa daerah dan belum lg plankton yg tumbuhan alias fitoplankton utk menghasilkan O2 di daerah perairan. Â Pemanasan bumi sangat terasa dipaksakan dgn adanya perang Israel/Palestina ataupun Rusia/Ukrania, memang menjadikan bumi makin panas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H