Mohon tunggu...
Chandradewana Boer
Chandradewana Boer Mohon Tunggu... Dosen - dosen

pecinta alam

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bumi tidak menjadi dewasa tapi tuha

4 Desember 2023   10:04 Diperbarui: 4 Desember 2023   10:29 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash


Menjadi tuha itu pasti, tapi jd dewasa itu pilihan. Begitu bunyi sebuah iklan rokok di Indonesia negara yg sudah berumur tuha tapi tetap saja ribut seperti anak2 alias belum dewasa. Lihat saja ibu2 yg antri minyak goreng itu.  Itu petunjuk perilaku konsumen yg mudah dibaca oleh produsen yg juga masuk kategori tidak dewasa.  Jadi gimana mau tercipta pasar yg sehat bila konsumen dan produsennya berperilaku seperti anak kecil, tidak dewasa dan mandi jarang alias manja.  
Lihat juga baik di Indonesia atau di lain negara bagaimana warganegaranya berperilaku tidak dewasa, mrk membakar kitab suci dan bertikai masalah agama dan kepercayaan.  Peradaban yg sudah sedemikian maju ternyata masih menyimpan budaya jahiliyah dan barbar.  Dan itu selalu berulang dari masa ke masa dimana sebagian besar dr kita tidak sadar dan tidak tahu karena memang tidak pernah belajar mencari tahu tentang apa yg sudah pernah terjadi.  Sebagian besar orang lebih suka mempelajari apa yg akan terjadi padahal untuk menduga dan memprediksi masa yg akan datang adalah dgn mengetahui  masa lalu dan sekarang, kalau tidak maka berarti kita sedang mengembangkan ilmu perdukunan. Untuk memprediksi masa depan haruslah kita mengenal masa lalu.  Sudah berapa generasi yang kita lewati sedangkan umur manusia sangat singkat krn mahluk biologis punya batas waktu.  Tapi bagaimana kita mengatakan juga bahwa sesuatu yang abiotis seperti bumi dpt menjadi tuha?  Bumi semakin tuha dalam arti sudah terlalu banyak mengalami perubahan dr satu benua purba bernama Pangea menjadi sekarang ini.  Perubahan dan bahkan perusakan2 sudah terjadi sejak dan sebelum manusia diciptakan.  Bumi sudah renta sebagai akibat menanggung polah tingkah manusia dan perlanannya yg panjang sebagai tempat berkembangnya peradaban manusia di muka bumi. Tapi karena manusia tidak pernah menjadi dewasa (krn mrk memang adalah generasi yg baru lahir kemarin sore) jadi tingkat kedewasaannya terbatas oleh umurnya yg pendek dan singkat.  Hancurnya bumi dan seluruh kehidupan atau kiamat akan terjadi karena ulah manusia, bila saja perang nuklir tidak bisa dicegah.  Bukankah soal kepunahan massal pada beberapa tempat di bumi sudah terjadi 5 kali sejak bumi diciptakan, dr mulai kepunahan dinosaurus yg bersifat alami sampai pd kepunahan2 sbg akibat ulah manusia.  Selama itu manusia masih bertahan dgn baik tp kejadian kepunahan yg akan terjadi kemungkinan besar akan melenyapkan seluruh kehidupan termasuk ras manusia itu sendiri.  Haruskah kita tetap menjadi dewasa menjelang kepunahan massal yg terakhir itu? Mengapa tidak karena masa lalu mengajarkan pada kita bhw hidup itu hrs diperjuangkan dengan baik, maka berbaik baiklah kepada seluruh kehidupan karena yang Maha Hidup akan tetap hidup untuk menghidupkan kembali bumi yg sdh hancur lebur dan merubahnya menjadi surga yg dijanjikan.
Jadi surga itu di bumi ya?  InsyaAllah krn di bumi manusia hidup, di bumi kita dikuburkan dan nantinya akan dibangkitkan kembali. Bagian ini adalah bagian ghaib (masa depan) yang masuk diakal.  Sangat tidak masuk akal bila manusia itu punah begitu saja.  
Kerusakan demi kerusakan bumi sudah nyata terjadi akhir-akhir ini, baik secara alami ataupun karena pengaruh manusia.  Bagamana dengan kita .....masih mau berbuat kerusakan kah?  Jangan ah.... Udah tuha....
Belajar mencari tahu dan mau berubah untuk menjadi semakin dewasa dan baik adalah yang terbaik. Wallahu alam bissawab.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun