Sepak bola adalah jenis olahraga yang sederhana dan murah. Sederhana, karena setiap orang pasti bisa memainkannya. Sederhana karena tidak memerlukan alat khsusus, cukup bola atau berbentuk seperti bola. Sepak bola dapat dimainkan dimana dan kapan saja. Asalkan ada ruang datar yang cukup luas, maka sepak bola dapat dimainkan. Di Jakarta, seringkali sepak bola dimainkan di belakang gedung gedung pencakar langit. Di Brasil, sepak bola biasa dimainkan di dekat pantai dan areal kumuh padat penduduk. Tidak mengenal waktu karena sepak bola dapat dimainkan pagi hari, siang ataupun malam. Maka jangan heran kalau orang sangat mengemari bermain bola. Kaum adam hampir 100% pernah main bola, agak lucu memang pendapat dari kaum hawa yang seringkali berpendapat tidak suka dengan sepak bola karena heran sebelas orang kok berebutan satu bola?. Sepak bola akan membentuk komunitasnya tersendiri. Terutama didasari oleh semangat primordialisme kedaerahan atau kesukuan. Duel classico antara orang Catalan dengan Madrid terjadi sejak sepak bola itu dimulai di tanah Spanyol. Benci antara supporter Liverpool dan Manchester United bak perang dingin tada terbendung. Masih ingatkah kita juga pada perang antar supporter "the Jak" Persija melawan "Viking" Persib Bandung?. Belum lagi persoalan nasionalisme karena banyak juga pemain yang dinaturalisasikan. Deco, gelandang kelahiran Brasil lebih memilih bermain untuk Portugal dan karenanya dia dimusuhi oleh masyarakat Brasil. Podolski, ujung tombak tim Jerman kelahiran Polandia sempat diminta 'kembali' menjadi orang Poland. Begitu sepak bola mempengaruhi semuanya. Tetapi ada satu hal dalam Sepak Bola yang saat ini muncul. Yaitu pemahaman tentang keuniversalan sepak bola itu sendiri. Maih ingatkah kita bahwa sepak bola mampu menyatukan dua negara tetangga di Asia, bersaing ketat soal teknologi, bahu membahu menyelenggarakan event piala dunia 2002. Mereka melupakan semua persoalan yang ada antar mereka demi suksesnya hajat bersama. Di Afrika Selatan, ada satu kampung yang semua jalannya berbau sepak bola. Mereka sangat terpengaruh dengan euforia piala dunia di negaranya. Mereka sepakat untuk menyukseskan bersama event bersejarah ini. Sepak bola juga meniadakan batasan kiblat keyakinan. Setiap orang di negara manapun pasti menyukai sepak bola. Maka jangan heran di Afrika Selatan nanti ada bermacam macam negara dengan faham politisnya. Korea Utara akan meninggalkan faham komunisnya, demikian juga Amerika Serikat akan menanggalkan baju super powernya. Semua hanya memakai 'baju sepak bola'. Mereka bermain bak berperang namun tetap saling menghormati. Yang kalah akan merasa kalah terhormat, sebaliknya yang menang tidak akan melecehkan yang kalah. Sepak bola adalah permainan yang indah, jangan kotori dengan semangat nasionalisme yang sempit. Saatnya semua untuk bergembira. Kangen dengan gaya total football-nya Belanda; gaya samba Brasil, tarian Tango Argentina, truk Panser Jerman, pertahanan Grendel Italia, kuda hitam Singa Afrika, prajurit gagah Korea Utara. Tiada penting siapa yang kalah atau menang, yang penting dunia bergembira karena sepak bola Sumber Gambar : Googling
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H