Mohon tunggu...
Chandra RayDaffandi
Chandra RayDaffandi Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

masih mahasiswa, saya disuruh dosen nulis artikel di sini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kata Siapa Santri Gak Ada Pengaruhnya di Indonesia

16 Oktober 2022   23:39 Diperbarui: 17 Oktober 2022   00:08 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Santri adalah sebutan bagi seseorang yang sedang menimba ilmu/melaksanakan pendidikan agama Islam di pesantren. Santri akan menetap di tempat menimba ilmu tersebut,atau yang sering kita sebut sebagai pondok pesantren. Terkadang, ketika santri sudah menyelesaikan pendidikan di pesantren tersebut, mereka akan mengabdi ke pesantren dengan menjadi pengurus. Biasanya ketika santri tersebut sudah dekat dengan kiainya dan selalu menurut kepada kiai, mereka bisa saja dijodohkan dengan anak kiai di ponpes tersebut, dan ketika sudah dijodohkan maka julukannya bukan lagi pengurus atau pengabdi lagi, melainkan gus atau ning.

Mengapa sebagian orang tua menginginkan anaknya untuk menjadi santri?. Sebenarnya tujuan para orang tua adalah agar mereka mereka belajar hidup mandiri dan dapat meningkatkan hubungan dengan kiai dan juga Tuhan. Dengan menjadi santri kita dapat mendapatkan pelajaran agama intensif yang mungkin tidak diajarkan di sekolah-sekolah pada umumnya, para santri biasanya memiliki ambisi ketika lulus pondok mereka bisa menjadi penghafal al-quran, menjadi kiai/ustad, ataupun menjadi mantu kiai. Pertama kali menjadi santri memang berat, dipisahkan dari keluarga dan rumah tercinta akan merasa sangat sedih, karena keluar dari zona nyaman. Terkadang para santri sering menangis ketika teringat akan rumah dan orang tuanya, tetapi ada juga santri yang nekat pulang tanpa izin dahulu ke pengurus. Perjalanan menjadi memang berat, dipisahkan dari keluarga, gadget, dunia luar, jam tidur yang dijadwal, makanan yg kurang enak, dan masih banyak lagi, tetapi dengan adanya hal ini para santri akan menjadi semakin mandiri dan kuat. Menjadi santri mempunyai banyak sekali suka dan duka, suka dari menjadi santri seperti kita mendapatkan ilmu yang berkualitas, teman yang banyak, solidaritas, kenangan-kenangan seru bersama teman, dan masih banyak lagi, namun terkadang banyak juga duka menjadi santri seperti banyaknya pembulyan, perundungan, senioritas, penganiayaan, dan lain lain. 

Mengapa setiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri. Hal ini awalnya berawal dari usulan masyarakat pesantren sebagai cara untuk mengingat, mengenang, dan meneladani kaum santri yang telah berjuang menegakkan kemerdekaan Indonesia. 

dampak santri di Indonesia 

Jauh sebelum Negara Indonesia berdiri, pesantren sudah kokoh dengan kekhasan, tradisi keilmuan. Cikal bakal lahirnya pesantren diawali ketika Syekh Maulana Malik Ibrahim atau yang biasa kita sebut sebagai Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan atau yayasan di Ampel, Surabaya. Meskipun pada waktu itu belum disebut pesantren, tetapi bisa kita ketahui bahwa yang dilakukan Sunan Ampel sudah menjadi peletak dasar-dasar pendidikan pesantren di indonesia. Para santri yang sudah belajar dan merasa memiliki cukup ilmu di padepokan Sunan Ampel. Kemudian mereka satu per satu pulang ke daerahnya masing-masing dan mengamalkan ilmunya di sana, mereka menyebarkan ilmu yang mereka dapatkan dengan cara berbeda-beda, ada yang lewat dakwah, seni, mengaji, dan pernikahan. Para murid-murid Sunan Ampel tersebut tentunya juga mendirikan padepokan atau yayasan seperti apa yang telah mereka dapatkan dan amati di padepokan gurunya. Maka dari inilah mulai banyak pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia, masyarakat juga menyambut hangat adanya pesantren-pesantren ini. Tentunya dengan banyaknya pesantren di Indonesia maka banyak juga ulama-ulama besar yang lahir dari padepokan-padepokan tersebut. Tokoh-tokoh ulama besar yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini. Sebut saja Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dan KH Abdul Wahid Hasyim. 

Tentunya para santri dan kiai dahulu kala tidak hanya menimba ilmu agama saja, tetapi para santri juga memberikan peran besar dalam kemerdekaan Negara Indonesia, seperti halnya ketika pasca proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia tentunya masih dikelilingi penjajah yang ingin menjajah kembali, karena mereka masih menginginkan kekayaan yanga ada di negeri kita ini. Para santri dan kiai yang mengetahui hal tersebut tentunya juga tidak terima jika Negera Indonesia yang sudah diakui kemerdekaannya dijajah lagi oleh bangsa lain, maka dari itu mereka menjadi garda terdepan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Salah satu peran santri dalam mempertahankan kemerdekaan yakni terjadinya perang 10 November di Surabaya yang diperjuangkan oleh para Kiai dan para santri se -Jawa dan Madura. Mereka berperang berperang dengan menggunakan senjata seadanya, senjata rampasan dan bahkan bambu runcing, tentunya senjata senjata ini dilapisi oleh doa dan keyakinan para kiai dan santri agar bisa menumpaskan para penjajah yang menjajah di Surabaya kala itu. Pasukan penjajah awalnya meremehkan para pejuang kala itu yang hanya menggunakan senjata seadanya dan bambu runcing, mereka mengira bahwa dengan senhata seperti itu para penjajah akan sangat mudah mengalahkan para pejuang. Tetapi sayangnya keadaan tidak seperti yang mereka pikirkan, banyak keajaiban yang terjadi selama pertempuran itu, seperti para santri yang kebal peluru, dan masih banyak lagi. Semangat dan tekad para santri inilah yang membuat para penjajah kewalahan untuk melawan kobaran semangat para pejuang, pertempuran ini berakhir atas kekalahan penjajah. Bayangkan para santri dan pejuang tidak bersatu untuk menumpaskan para penajajah yang mengusik kedaulatan negara kita, mungkin ada banyak sekali hal yang bakal tidak kita rasakan saat ini, bisa saja para penjajah kembali lagi untuk mengusik kedaulatan negara kita. Oleh karena itu kita tidak boleh meremehkan perjuangan para santri dan kiai untuk negara kita ini, selain tujuan kiai untuk mencerdaskan para penerus hangsa tentunya banyak juga pengorbanan dan perjuangan mereka untuk kehidupan kita saat ini. Kita harus selalu menghargai perjuangan mereka bukan malah menyepelekan para santri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun