Dini hari nanti, Manchester United akan menghadapi Villareal dalam laga final Liga Europa. Bertempat di PGE Arena Gdansk, tim binaan Ole Gunnar Solksjaer (Ole) dipastikan akan menurunkan skuad terbaiknya. Buktinya dalam laga terakhir Premier League melawan Wolverhampton, Ole mengistirahatkan banyak pemain utama dan menurunkan para pemain muda.
Final kali ini menjadi laga yang sangat krusial. Sejak ditinggal Sir Alex pada tahun 2013 silam, United belum mampu menunjukan taringnya di kancah Europa dan bersaing dengan Klub seperti Barcelona, Real Madrid, Bayern Munich, bahkan Manchester City sekalipun.
Ole memang membawa banyak kebaharuan. Di laga pertamanya saat masih berstatus caretaker, ia langsung melibas lawan-lawannya dengan skor telak. Sebut saja Cardiff City (5-1), Bournemouth (4-1), hingga Fulham (3-0).Â
Yang paling ajib saat Ole membawa United comeback melawan PSG di Paris dengan skor 3-1 yang kemudian membawanya didapuk menjadi pelatih utama Tim Setan Merah.
Selain kemenangan-kemenangan itu, Ole juga dinilai jeli dalam tebang pilih pemain. Ia dengan tegas menjual pemain bintang sekelas Alexis Sanchez dan Romelu Lukaku.Â
Pemilihan transfernya juga tidak main-main. Ia membawa Harry Maguire hingga Bruno Fernandes. Dalam staff kepelatihan, ia membawa kembali Mike Phelan (Orang kepercayaan Sir Alex) hingga yang teranyar, Darren Fletcher. Suasana ruang ganti United pun dikabarkan menjadi jauh lebih kondusif di era Ole.
Namun sayang, sejak menangani United sejak akhir 2018 lalu, Ole belum berhasil mempersembahkan satu trofi pun bagi setan merah. Ada inkonsistensi dalam tubuh United selama dinahkodai oleh Ole.Â
Hal ini membuat banyak fans geram, meskipun tak sedikit juga yang mendukungnya karena melihat ada progress yang signifikan dari segi permainan dan mentalitas pemain.Â
Sejak Sir Alex pensiun, pergantian pelatih kerap kali dilakukan. Pelatih kawakan dari Tanah Inggris, David Moyes hingga pentolan macam Van Gaal dan Jose Mourinho dipilih dan diharapkan mengembalikan kejayaan si Setan Merah. Namun semuanya gagal memenuhi ekspetasi fans. Jelas, pergantian pelatih bukan lagi jadi solusi.
Meskipun begitu, Â era sepak bola modern menuntut lebih dari sekedar peningkatan dalam hal permainan, suasana ruang ganti, dan mentalitas pemain. Hal-hal abstrak semacam itu tidak dapat ditoleransi bila tidak menghasilkan trofi.Â