Kembali ke unggahan Anies.
Unggahan Anies pagi ini sarat akan makna. Unggahan tersebut seolah menumpahkan semua unek-unek Anies terhadap rangkaian peristiwa yang terjadi padanya. Ia seolah menyebut bahwa ia adalah 'korban' dari iklim demokrasi yang tidak kondusif. Atau setidaknya, seandainya pun beliau tidak bermaksud mengatakan hal tersebut, persepsi kelompok masyarakat yang 'pro-anies'  telah menganggap bahwa ia adalah korban dari iklim demokrasi yang tidak kondusif. Bagi sebagian orang, hal ini bisa berarti panggilan untuk bergandengan tangan melawan kebatilan.Â
Sekilas tentang buku How Democracies Die:Â Buku tersebut menceritakan bagaimana demokrasi tidak mati dengan cara ekstrem (Revolusi atau kudeta militer), namun dengan cara yang sangat halus dan luput dari penglihatan. Buku tersebut memaparkan banyak contoh sejarah secara global mengenai iklim demokrasi yang penuh gejolak.Â
Unggahan Anies menuai beragam reaksi. Banyak yang mendukung, namun tak sedikit pula yang menjadikan unggahan tersebut sebagai bahan celaan. Namun persetan dengan suka-tidak suka, hari ini Anies 'menang'. Seharian (bahkan hingga sekarang) unggahannya menjadi trending dimana-mana, dan bagi seorang politisi yang karirnya masih panjang, publisitas menjadi hal yang paling penting.Â
Sebagai penutup, saya akan memberi kutipan dari seorang entrepreneur:Â
"Good marketing makes the company look smart. Great marketing makes the customer feel smart." -- Joe Chernov
And guess what? Everybody (including me) felt smart afterwards.Â
Well done, Mr. Governor!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H