Mohon tunggu...
Chandra Budiarso
Chandra Budiarso Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Iseng

Buah Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Anies Tarik Rem, Bagaimana IHSG?

9 September 2020   22:59 Diperbarui: 10 September 2020   19:30 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan dan Pasar Saham (Gambar: Humas DKI dan Investor Daily)

Pemberlakuan PSBB total ini tentu merupakan sentimen negatif bagi para pelaku pasar, karena ini adalah indikasi bahwa ekonomi akan kembali melambat. Apalagi selama sepekan terakhir, IHSG telah mengalami koreksi sebesar 3%. 

Koreksi pasar sebesar 3% selama sepekan terakhir cukup menunjukan adanya pesimisme pasar akan perekonomian Indonesia kedepan. Seperti yang kita ketahui, BPS merilis data bahwa Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,10% pada Bulan Juli, dan 0,5% pada Bulan Agustus. Data-data ini menunjukan bahwa daya beli masyarakat melemah. 

Ekonom Indef, Bhima Yudhistira bahkan menyebutkan bahwa indikasi semacam ini mirip dengan depresi besar tahun 1930-an. Pada akhirnya, pemberlakuan kembali PSBB total di DKI Jakarta menjadi semacam validasi bahwa pandemi sama sekali belum selesai sekaligus sinyal bahaya bahwa Indonesia kemungkinan besar akan masuk ke jurang resesi. 

Disamping kondisi ekonomi lokal, ketegangan antara Amerika-China dan akan diselenggarakannya pemilihan Presiden Amerika Serikat pada Bulan November yang akan datang disebut-sebut sebagai penyebab adanya gap besar antara harga saham dan kondisi perekonomian yang sesungguhnya. Hal ini seringkali dikenal dengan gelembung ekonomi.

Amerika menunjukan adanya indikasi gelembung tersebut. Perbandingan antara kapitalisasi pasar dengan PDB di Amerika (Atau yang sering dikenal sebagai Buffett Indicator) berada pada angka 150%. Ini adalah angka yang sangat tinggi. 

Sejarah telah membuktikan bahwa setiap gelembung ekonomi akan pecah dan menyebabkan kejatuhan besar-besaran (seperti balon meletus). Meski indikasi itu ada di Amerika Serikat, Indonesia pasti terdampak; mengingat kerja sama Indonesia-AS yang erat terutama dalam perekonomian. Ingat, krisis ekonomi tahun 2008 berawal dari Subprime Mortgage di Amerika Serikat.

Indikasi-indikasi semacam inilah yang kemungkinan akan menyebabkan IHSG kembali crash seperti pada Bulan Maret lalu, bahkan penurunannya bisa jauh lebih dalam dibanding sebelumnya. 

Namun bagaimana pun juga, pergerakan harga saham tidak bisa diprediksi dengan tepat 100 persen, dan opini semacam ini hanya bisa dijadikan referensi dan tambahan sudut pandang dalam melihat pergerakan harga saham.

Sangat menarik untuk menanti perkembangan terkini mengenai pandemi, perekonomian, dan pergerakan IHSG. Yang pasti, Indonesia sudah mengalami berbagai macam krisis dan selalu berhasil melewatinya. Bahkan, masa-masa pasca krisis selalu menjadi momentum besar bagi perekonomian dan juga pasar saham. 

Oleh karena itu, yang terpenting sekarang adalah bagaimana untuk tetap menjaga kesehatan sehingga ketika krisis kesehatan dan ekonomi ini berlalu, kita dapat menikmatinya bersama-sama sebagai sebuah Bangsa dan membawa Indonesia menjadi negara maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun