Mohon tunggu...
Chandra 18
Chandra 18 Mohon Tunggu... -

lebih baik diam dari pada bicara gak karuan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

“Perjalanan Hidup”

1 Februari 2010   13:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:08 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebelum kau jauh melangkah manjakanlah dirimu di kesunyian hutan ditemani dengan hembusan angin yang mesra… suara-suara binatang yang nakal, nyayian daunan yang merdu, alunan suara dari rerantingan yang saling beradu memecah kusunyian hari ditambah lagi aroma sejuk tanah yang tertutup oleh dedauanan kering menambah semaraknya didalam jiwa….

Kini saatnya tiba dimana …
Liku perjalanan hidup kadang membosankan, begitu banyak krikil-krikil kecil yang menghadang... terkadang sering kali kita terjatuh olehnya.... pada dasarnya hidup ini indah dilihat dari segimana kita memandangnya... suka, tawa, canda & bahagia merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan ... namun orang sering lupa dikala ia bahagia, akan ada setumpuk duka yang akan menghampirinya... dari itu bersyukurlah atas nikmat hidup yang kau rasakan...
Memang tak ada manuasia yang sempurna dalam menjalankan hidup ini.... tapi manusia yang sempurna adalah manusia yang mau menjadikan kekurangannya sebagai suatu kelebihan dan mau mengakui kelemahan dirinya....

Yah inilah manusia seperti burung yang terbang slalu mengingin kebebasan, tapi kebebasan seperti apa yang mereka inginkan, ada yang bisa menjawab dan ada juga yang terdiam termangu tak ada sedikitpun menemukan jawaban atas apa yang ditanyakan….

Manusia-manusia sudah diberikan kebebasan tapi tak bisa memanfaatkan kebebasaan itu malah mereka bebas jauh melampaui batasan padahal yang diberikan bebas tapi bertangung jawab.

Cobalah kita lihat hamparan langit yang luas dari setiap sudut yang tak memiliki tepi tetapi berputar dalam satu putaran dan kembali pada satu titik dimana kekuatan Haq lah yang menjadi penyangganya, sadarkah kita bagaimana jika kita tidak diberikan sedikit pun kekuatan untuk berdiri diatas muka bumi ini bisakah kita berdiri, bisakah kita menikmati indahnya cakrawala, bahkan matahari yang kita nilai panas bisa menjadi sejuk bila kita berteduh dibawahnya.

Hanya satu yang dapat kita lakukan bersyukur dan tak henti-hentinya kita memuja atas segala kebesarnya….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun