Sebagian dari kita tentu tak asing dengan manusia Laba-Laba, si Spiderman. Meskipun Spiderman adalah karakter fiksi, nilai-nilai yang dia wakili dapat memberi inspirasi yang relevan untuk penerapan jejaring dalam kehidupan manusia. Beberapa hal berikut menarik untuk dijadikan inspirasi. Tanggung Jawab : Prinsip "With great power comes great responsibility" mengajarkan pentingnya menggunakan kekuatan atau kemampuan kita untuk kebaikan. Dalam konteks jejaring, ini berarti menggunakan koneksi dan sumber daya kita untuk membantu orang lain dan berkontribusi pada komunitas. Kepedulian Sosial : Spiderman sering kali berjuang untuk melindungi kota dan orang-orang yang dia cintai. Ini menunjukkan pentingnya kepedulian sosial dan berkontribusi pada komunitas kita melalui jejaring yang kuat dan saling mendukung. Ketahanan : Ketahanan Spiderman dalam menghadapi musuh dan situasi sulit mengajarkan pentingnya tidak menyerah dalam menghadapi tantangan. Dalam jejaring, ini berarti terus membangun dan memelihara hubungan meskipun banyak hambatan. Kemanusiaan : Meskipun memiliki kekuatan super, Peter Parker tetap menghadapi masalah sehari-hari seperti orang biasa. Ini mengajarkan bahwa dalam jejaring, kita harus tetap rendah hati dan menghargai setiap individu dalam jaringan kita. Kolaborasi : Spiderman sering bekerja sama dengan pahlawan super lainnya untuk mengatasi ancaman yang lebih besar. Ini menunjukkan pentingnya kolaborasi dalam jejaring untuk mencapai tujuan bersama yang lebih besar.
Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut, jejaring dapat menjadi alat yang kokoh untuk memperkuat hubungan sosial, memfasilitasi pertukaran informasi, dan menciptakan peluang kolaborasi yang lebih luas di berbagai bidang kehidupan.
Jadi Saksi Dibangunnya Jejaring
Tulisan ini merupakan ketiga kalinya aku mencatat tentang kekuatan jejaring. Pertama kali mengenal implementasi jejaring adalah saat mengunjungi Desa Wisata Brayut, di Sleman. Desa yang membangun kesederhanaan dan keaslian desa sebagai salah satu daya tarik bagi wisatawan. Para pelaku wisata disini mengesampingkan ego-nya demi kemajuan bersama. Mereka saling mengenalkan dan mempromosikan agar wisatawan memperoleh pelayanan terbaik dan kepuasan dalam mengunjungi berbagai destinasi wisata yang ada di lereng gunung Merapi tersebut.
Kali kedua, kusaksikan bagaimana BUMDes Karya Mandiri di desa Karangrejo, Magelang, menunjukkan kinerja yang baik dalam menerapkan jejaring untuk memajukan desa wisatanya. Disini kulihat terjalinnya kolaborasi antara Bumdes, Pemerintah Desa hingga Kabupaten, dan Kelompok Sadar Wisata yang ada di sekitar Candi Borobudur. Selain itu, terbangun pula kemitraan dengan UMKM yang memasarkan produk-produk lokal, yang didukung oleh program CSR dari beberapa perusahaan. Alhasil, penerapan jejaring yang efektif ini dapat mengembangkan pariwisata desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Dan untuk yang ketiga ini, aku menandai keberhasilan penerapan jejaring dalam memajukan pendidikan di Nusa Tenggara Barat. Dalam perjalanan ke pulau Seribu Masjid, Lombok, kusaksikan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, dinas terkait, lembaga pendidikan (seperti perguruan tinggi dan sekolah), lembaga penelitian, serta tenaga pendidik (guru hingga asosiasi dosen) berkolaborasi menerapkan jejaring secara efektif untuk memajukan pendidikan, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan memastikan bahwa semua siswa menguasai keterampilan dasar. Jejaring ini didorong oleh sebuah Program yang bernama Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI). Program ini merupakan wujud kemitraan antara pemerintah Australia dan Indonesia (Kemendikbudristek & Kemenag) untuk memperbaiki kebijakan dan praktik pembelajaran, serta membantu Pemerintah Indonesia meningkatkan kualitas pendidikannya.
Sungguh menyenangkan menyaksikan anak-anak di Lombok bersemangat dalam belajar dan juga berkarya. Dan yang lebih menyenangkan lagi, melihat semangat para pihak yang terlibat dalam jejaring ini tak sekadar bekerja untuk masa depan anak-anak Indonesia, tapi mereka juga melepaskan ego-nya masing-masing. Sesuatu yang jarang kulihat di banyak bidang di negeri ini.
Dalam ketakjubanku atas prakarsa, sikap rendah hati, dan semangat mengabdi yang kusaksikan, di sebuah obrolan sambil menikmati kopi khas Lombok, muncul celetukan, "Semoga semua praktik baik yang telah berlangsung ini tak berhenti apabila kelak programnya berakhir."
Berjejaring untuk Kemajuan Bersama
Kita mungkin pernah mendengar ungkapan, salah satu kelemahan proses pembangunan di negeri ini adalah karena masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Sehingga hasilnya pun banyak yang tidak sinkron dan tidak berkesinambungan. Itu semacam kritik atas banyaknya tumpang-tindih, tidak sinkron, dan pemborosan dalam melaksanakan pembangunan. Sehingga, hasilnya pun bisa dibilang tidak optimal.