Tuhan memiliki beragam cara untuk mengajarkan rasa peduli dan keteguhan hati pada kita.Â
Betapa tidak, pertemuanku dengan seorang anak muda penyandang disabilitas telah membukakan mata, bahwa ternyata kita banyak abai dengan keadaan orang lain, bahkan saat kita merasa telah melakukan hal baik sekali pun.
Banyak fakta dalam kehidupan keseharian, kita hanya memakai ukuran standar orang kebanyakan saja.
Seperti, misalnya saat kita biarkan sebuah masjid dibangun dengan undakan bertingkat, sehingga tampak megah dengan menara yang menjulang ke angkasa.Â
Saat itu kita seoalah lupa, bahwa tidak semua umat-Nya mampu menaiki tangga tersebut. Padahal, mereka juga ingin beribadah, bersujud pada Yang Maha Tinggi seperti orang kebanyakan.
Namun, tangga itu menjadi penghalang bagi saudara-saudara kita penyandang disabilitas, khususnya yang menggunakan kursi roda misalnya.
Termasuk juga orang-orang lanjut usia yang mengalami gangguan pada lutut dan kakinya, padahal mafhum pada sebagian tempat ibadah justru umumnya berisi para orang tua tersebut.
Inilah catatan kecil yang kiranya perlu kubuat dari perjalanan menemani anakku, Hiro liburan akhir tahun kemarin.
Di sela mengunjungi beragam destinasi yang ada di Kota Wisata Batu, aku sempat ajak Hiro berkunjung ke rumah seorang teman semasa sekolah.
Tujuanku adalah mengunjungi dan berkenalan langsung dengan anak temanku yang sudah beberapa kali berkomunikasi lewat telepon dan WA. Aku berniat menjumpainya secara langsung sembari ngobrol ngalor ngidul.