Mohon tunggu...
Chanank C
Chanank C Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa...

penulis freelance

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mahfud MD Seyogyanya Menolak Dicawapreskan

4 April 2018   14:40 Diperbarui: 4 April 2018   14:55 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia memang butuh presiden dan wakil presiden yang bisa membawa negeri ini jaya di masa depan. Tak ada ruang sedikit pun bagi yang pesimis akan masa depan cerah Negara Kesatuan Repulik Indonesia. Dan menyambut optimisme itu, kita akan menghadapi pilpres 2019 sebagai bagian dari pesta demokrasi.

Di tengah ramainya berbagai survey tentang siapa bakal calon presiden mendatang, juga tak kalah serunya bursa bakal calon wakil presiden. Dan salah satu yang digadang-gadang untuk dipilih sebagai bakal calon wakil presiden adalah Prof. Dr. Mahfud MD.

Berbagai survey, obrolan warung kopi, opini media massa dan juga berseliweran pada status di media sosial menyebut bahwa mantan ketua Mahkamah Konstitusi ini layak untuk dijadikan wakil presiden periode mendatang. 

Artinya banyak orang yang suka, bahkan menghendaki pak Mahfud MD bersedia dan maju menjadi salah satu calon wakil presiden. Ketertarikan publik untuk memajukan pak Mahfud itu tak lepas dari berbagai sikap maupun pandangannya yang lumayan "jernih" menghadapi berbagai persoalan bangsa ini. Itu harus diakui dan patut diapresiasi. Menurut penulis, apa yang ditampilkan pak Mahfud itu adalah tulus, bukan pencitraan. Semoga begitu adanya.

Judul tulisan di atas tak bermaksud sekadar melawan arus keinginan publik yang santer di berbagai media.  Menurut hemat penulis, seyogyanya pak Mahfud memang harus menolak jika ditawari menjadi calon wakil presiden. Argumentasinya, beliau lebih pas tampil 'waras' gak haus kekuasaan. Bangsa ini butuh tauladan yang gak melulu mikirin kekuasaan.

Kehormatan pak Mahfud akan makin luhur saat beliau tanpa jabatan itu. Pak Mahfud telah berhasil menyampaikan suara yang menjadi aspirasi kebanyakan masyarakat Indonesia tanpa tendensi apa-apa. Murni suara hati nurani rakyat Indonesia. Itu terbukti saat beliau tampil dalam berbagai mimbar diskusi, seperti pada beberapa episode acara bung Karni di layar televisi, maupun di media lainnya.

Bagi penulis pribadi, merasa kagum dan hormat saat pak Mahfud menolak tawaran maju di pilgub Jatim. Mungkin daerah kelahiran penulis itu akan lebih baik dan maju bila dipimpin oleh pak Mahfud, namun bukan pak Mahfud seorang yang mampu memperbaiki dan memajukan provinsi Jatim itu. Kekaguman dan rasa hormat itu muncul lebih pada keberanian pak Mahfud melawan diri sendiri mengalahkan nafsu kuasa yang coba ditawarkan oleh para politisi negeri ini.

Bangsa Indonesia membutuhkan sosok yang jernih dalam berpikir, bertindak, beropini, dan bersikap seperti layaknya guru bangsa yang memberi tauladan kepada generasi penerusnya. Mungkin sebagian orang bertanya-tanya, apakah dengan begitu artinya bila seseorang ingin dan kelak punya kuasa itu salah? Jawabnya, tentu saja tidak salah. 

Minimal bisa dibayangkan apabila pak Mahfud benar-benar tergoda rayuan dan terpilih sebagai wakil presiden, lini masa di twiter akan kehilangan cuitan-cuitan cerdas nan kritis, lalu panggung diskusi publik tak lagi mendapat siraman kekritisan seorang putra terbaik bangsa yang berani berkata jujur tanpa tendensi dan kepentingan tertentu. 

Jujur, misalnya saat berlangsung program acaranya bung Karni, penulis lebih menunggu pada giliran pembicara-pembicara terakhir yang memberikan pencerahan daripada mengikuti jalannya perdebatan di awal acara. Dan, semua itu akan berakhir saat pak Mahfud menjadi wakil presiden, yang sejatinya keikutsertaannya lebih pada untuk menopang kemenangan calon presiden tertentu. Jadi kalau boleh penulis mengatakan, sosok pak Mahfud dipilih menjadi pasangan atau calon wapres untuk mendukung kemenangan calon presiden, bukan untuk kepentingan bangsa yang lebih besar.

Sekali lagi, penulis berharap semoga pak Mahfud menolak tawaran untuk menjadi bakal calon wakil presiden pada pilpres 2019 mendatang. Tugas pak Mahfud bukan lagi mendukung kemenangan seorang calon presiden, tapi pak Mahfud harus memenangkan bangsa ini agar meraih cita-cita para pendiri bangsa. Pak Mahfud punya peran yang lebih mulia bagi kelangsungan negara ini dan bagi kemajuan rakyat Indonesia, namun bukan sebagai wakil presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun