Masyarakat Banyuwangi patut bangga. Saat pamor kopi di kancah dunia terus menanjak, kabupaten the Sunrise of Java berhasil mempertahankan "hegemoni".
Betapa tidak, rata-rata produksi kopi di Banyuwangi mencapai 10 ribu ton lebih per tahun.
Sebagaimana diketahui, Organisasi kopi internasional atau International Coffee Organization (ICO) telah menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kopi Sedunia.
Keputusan ini pertama kali disampaikan pada 1 Oktober 2015 di Milan, Italia.
Di sisi lain, nun jauh dari negara spaghetti tersebut, ada satu kabupaten di ujung timur Pulau Jawa yang perannya tidak bisa dipandang sebelah mata dalam kancah perkopian internasional. Kabupaten tersebut adalah Banyuwangi.
Ya, Banyuwangi merupakan salah satu sentra kopi robusta terbesar di Jatim. Luas kebun kopi di Bumi Blambangan mencapai 15 ribu hektare (Ha) yang tersebar di Kecamatan Kalipuro, Kalibaru, Glenmore, dan Songgon.
Jumlah produksinya rata-rata mencapai 10.673 ton alias 10 juta kilogram (kg) lebih per tahun.
Bahkan, kopi Banyuwangi tidak hanya dipasarkan di pasar lokal dan nasional. Lebih dari itu, kopi produksi Bumi Blambangan juga telah menembus pasar ekspor. Termasuk ke Italia dan Swiss. Ekspor perdana telah dilakukan pada September 2020 lalu.
Ekspor kopi ke Eropa tersebut salah satunya dilakukan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII. Sebagian besar kopi yang diekspor berasal dari Kebun Malangsari.
Namun, beberapa kebun lain milik PTPN XII juga ikut berkontribusi, seperti Kebun Gumitir, Kebun Selogiri, serta kebun milik rakyat yang didampingi oleh PTPN XII.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Ilham Juanda membenarkan bahwa Banyuwangi merupakan salah satu sentra kopi robusta terbesar di Jawa Timur dengan produksi rata-rata sebanyak 10.673 ton per tahun.