Mohon tunggu...
Chamiyatus Sidqiyah
Chamiyatus Sidqiyah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta

Saya adalah dosen kesejahteraan sosial, praktisi pemberdayaan masyarakat, pengamat masalah sosial, budaya, dan politik. Saya sangat senang menulis, membaca, dan membuat opini tentang masalah sosial.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mari Tingkatkan Budaya Wajib Baca di Kalangan Fasilitator/Pendamping Pemberdayaan Masyarakat

22 Juni 2023   12:18 Diperbarui: 22 Juni 2023   12:20 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

             Menjadi seorang fasilitator masyarakat itu harus banyak baca, ya..banyak baca dan mau belajar setiap saat. Itulah kenapa ketika saya di NGO dulu, pimpinan saya dengan "kejamnya" memaksa kami membaca. Satu kebiasaan beliau adalah menaruh di meja kami dengan nama masing-masing copyan buku atau artikel tentang teknik fasilitasi, pemberdayaan masyarakat, dan sejenisnya secara rutin. Saya hapal tulisan di sampul/halaman depan copyan yang dibagikan itu "Wajib baca, mbak Chamy", dan semua dibagi, walaupun kadang buku atau artikelnya beda-beda. Suatu ketika saya mendapatkan tugas "wajib baca" satu buku berjudul "Promoting Community Groups", bahasa Inggris. Saya bersyukur untuk itu, meski awalnya harus kadang ambil kamus untuk mengartikan beberapa istilah, tapi berkat wajib baca banyak buku/artikel itulah saya mendapatkan ilmu pengetahuan dan mengasah skill saya dalam hal fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat.

              Tapi, berdasarkan pengalaman mengasesmen beberapa angkatan di beberapa provinsi, dan dari data pelaksanaan uji tulis saat sertifikasi kepada Fasiltator Pemberdayaan Masyarakat (FPM), maka ada satu hal yang menarik dan selalu menjadi umpan balik dari para Asesor kepada peserta uji, yakni terbatasnya pengetahuan dan konsep serta teori pemberdayaan yang dimiliki teman-teman fasiltiator. Sebagian besar hanya terpaku pada pengetahuan, teori dan teknik yang diperoleh dari pelatihan yang diberikan program. Hasil tes tulis menunjukkan beberapa teori dan konsep terkait advokasi, jejaring, kontrol sosial, inovasi, dan proses pembelajaran dimasyarakat banyak yang salah dalam menjawab. Saya menduga ini karena teman-teman selama bertahun-tahun mungkin terlalu sibuk menjalankan pendampingan dan fasilitasi masyarakat tapi kurang mengasah dan kurang membaca teori dan konsep serta teknik dan metode fasilitasi pemberdayaan masyarakat di luar yang sudah diketahui.

              Meskipun rata-rata yang ikut mencukupi kompetensinya, tetapi kurangnya belajar dan membaca ini pada akhirnya membuat daya analisa mereka kurang, sehingga selama bertahun-tahun ya kompetensinya tidak bertambah. Itulah kenapa ada yang selama 10 tahun memfasilitasi masyarakat di lapangan, jenjangnya belum beranjak ke posisi yang lebih tinggi karena sang fasilitator lebih asyik berkutat pada hal-hal teknis tapi tidak mengasah daya analitisnya dan kreatifitasnya dengan cara mempraktekkan ilmu baru yang didapat dari membaca teori-teori terkini serta teknik-teknik/metode fasilitasi yang lebih variatif.

               So, bagi teman-teman fasilitator pemberdayaan masyarakat (FPM), ayo perbanyak membaca dan mempraktekkan ilmu, teori, dan teknik-teknik fasilitasi yang sudah banyak dikembangkan para ahli baik yang berasal dari para aktivis pemberdayaan masyarakat di tanah air, maupun yang berasal dari para fasilitator di luar negeri!. Banyak ilmu baru dan teori berkembang tentang pemberdayaan masyarakat yang dapat dicari di internet, bahkan sudah banyak yang dalam tayangan audio visual di youtube. Gratis, murah meriah..hanya modal model internet. Ya, kalau mau sedikit modal, beli aja bukunya sebulan satu..kalau nggak punya uang, saweran beberapa orang untuk secara bergiliran dibaca. Budaya membaca di kalangan fasilitator ini harusnya digalakkan oleh asosiasi FPM, dan menjadi kegiatan rutin. Kalau perlu, ada tes berkala bagi anggotanya..seperti saya dulu dites oleh almarhum pimpinan saya di NGO. Setiap selesai diberi tugas "wajib baca", beliau pasti menanyakan ke saya "apa isi buku itu mbak?" dan yang membuat saya harus benar-benar memahami isi buku itu (tidak bisa hanya baca isi judul bab dan sub babnya), karena ada pertanyaan lanjutan "lalu, apa yang bisa mbak Chamy praktekkan?" Nah ini baru namanya menantang untuk dapat saya buktikan. Beliau selalu berpesan bahwa seorang fasilitator itu 20 % bekerja dan 80 % belajar, dari belajar yang 80 % itu, dia harus belajar banyak lagi..jadi ya intinya 100 % belajar hehehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun