Mohon tunggu...
chamim faizin
chamim faizin Mohon Tunggu... Dokter - Demi pena apa yang telah dituliska

Khoirunnas Anfauhum Linnaas Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Batikku, Bukan Hanya Sebatas Pakaian

2 Oktober 2014   23:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:36 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini 2 Oktober merupakan Hari Batik Nasional merupakan suatu kebanggaan tersendiri bangi bangsa Indonesia mampu sedikit menempatkan satu hari untuk sebuah kebudayaan. Berbeda dengan peringatan hari-hari yang lain yang lebih kepada ideologi bangsa, mata pencaharian, ekonomi sosial dan hukum. Sebuah perjuangan panjang para penggagas hari batik Nasional terutama pada kota-kota yang sudah menjadi trending topik sebagai kota batik seperti, Kota Pekalongan, Solo dan Jogja. Kota Pekalongan yang merupakan penggagas hari batik Nasional yang mempunyai produsen, distributor, pengusaha, dan konsumen batik terbanyak. Kota Pekalongan sangat giat menyuarakan batik sebagai identitas kota dengan menjadikan pengetahuan dan ketrampilan membatik masuk dalam kurikulum sekolah baik di tingkat sekolah dasar maupun ditingkat menengah, adanya jurusan sekolah menengah dan perkuliahan khusus batik, diwajibkannya batik menjadi seragam wajib semua intansi pendidikan dan intansi pemerintahan, mempunyai musem batik, kampung batik, kampung canting, gerai, toko dan grosir batik, perluasan distribusi batik baik nasional maupun internasional, dll. Usaha yang sangat gencar ini, Alhamdulillah membuahkan hasil ditetapkannya hari batik Nasional.

Batik merupakan hasil representatif nilai ideologi bangsa berdasarkan seni leluhur yang turun temurun. Warisan budaya ayng sebelumnya ditranformasikan nilainya secara turun-temurun dan menjadi sebuah mata pencaharian utama bagi rakyat hasil tetap dilestarikan. Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana transformasi nilai tetap terjaga dalam dunia modern yang penuh dengan problematika sehingga budaya ini tetap lestari. Budaya dan nilai mempunyai daya jual tinggi bagi komoditas negeri, tidak sekedar menjadi ikon maupun simbol. Komoditas ini perlu adanya konsep logis dan dinamis agar tetap tersalurkan kedunia Internasional. Banyak kesenian bangsa yang dianggap bahkan diakui oleh bangsa lain menjadi kesenian lokal bangsa tersebut, padahal dari sinilah kesenian tersebut itu ada. Perlu adanya kebanggaan bagi bangsa atas budaya dan kesenian yang dimiliki, tidak hanya mengenal, tetapi mampu melakukan, melestarikan dan mempromosikan. Nguri-nguri kabudayan sangat dibutuhkan bangsa ini yang semakin lama tergerus oleh perkembangan zaman modern. Batik perlu kita lestarikan dengan bangga kita tularkan pada keluarga, anak cucu kita, tetangga dan semuanya. Tidak hanya simbol semata sebagai pakaian atau kain panjang. Namun, sebagai nilai dan karakteristik bangsa yang luhur budaya serta memperjuangkan nilai-nilai kesenian Indonesia. Batik merupakan warisan budaya yang harus tetap lestari dan terus ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun