Pergantian kekuasaan telah terjadi antara presiden Indonesia sebelumnya Susilo Bambang Yudhoyono ke presiden terpilih Joko Widodo. Dengan berbagai intriks dalam pemilu yang masih menyisakan banyak pertanyaan saat itu akhirnya diketuk palu oleh KPU dan kini telah terjadi pelantikan presiden pada 20 Oktober 2014. Oposisi jokowi saat pemilihan presiden lawan politiknya yaitu Prabowo Subianto, dengan mengusung koalisi kuat dengan parpol yang ada menjadikan lading tersendiri untuk menghimpun masa dalam parlemen. Koalisi Merah Putih diakui jempolan ketika beradu politik dengan menguasai jajaran parlemen dari DPR, DPD dan MPR sehingga koalisi Indonesia Hebat harus gigit jari. Kini koalisi Indonesia Hebat hanya mengandalkan posisi eksekutif yaitu presiden dan wakil presiden sedangkan koalisi merah putih telah berada di posisi legislatif.
Kembali pada saat kampanye calon presiden antara joko widodo dan prabowo subiyanto terlihat sangat kontras dari pemikiran, sudut pandang, visi misi dan arah gerak. Prabowo yang mengedepankan kemandirian rakyat dengan segala sumber daya yang dimiliki untuk tetap memakmurkan rakyat dengan menekan aktivitas investor dari luar termasuk dari Amerika. Prabowo yakin tanpa bantuan dari asing termasuk Amerika, Indonesia mampu mengelola alam dan memaksimalkan protensi intelektual bangsa. Pembatasan investor serta kritik tegas terhadap segala bentuk ketidak adilan investor luar terhadap sumber daya alam Indonesia. Memperkuat angkatan senjata baik darat, laut maupun udara. Sedangkan, Joko widodo dengan program dekat dengan rakyat, melindungi dan mensejahterakan rakyat dengan slogan blusukan ingin mengubah suatu bangsa dalam tataran kemajuan sector ekonomi dengan program revolusi mental. Kebebasan pasar dan investor dalam mengambil serta mengeruk sumber daya alam Indonesia dengan mengedepankan investor termasuk investor amerika bisa diajak kerjasama dan saling menguntungkan rakyat dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang luas. Membangun system komputerisasi disetiap lembaga dan sector, membangun system transportasi yang konon bisa mengurangi kemacetan di negeri ini. Jika ditarik garis konklusi maka Jokowi pro Amerika dengan liberalnya sedangkan Prabowo kontra Amerika.
Kini telah terpilih sosok presiden dan wakil presiden yaitu Joko Widodo dan Yusuf Kala. Akankah kedepannya Indonesia akan dibawa sesuai dengan visi dan misinya ketika pemaparan saat kampanye? Telah kita lihat beberapa bulan ini, pemberitaan Jokowi kian santer terlihat beberapa kali presiden terpilih ini mampang fotonya dibeberapa majalah di luar negeri sebut saja majalah “TIME” memberitakan sebagai sosok yang akan memberi harapan baru dengan tagline “Jokowi New Hope”. Kita semua tahu majalah TIME yang terkenal dengan pemberitaan besar. Majalah yang diterbitkan seminggu sekali dengan pusatnya di Amerika sering menyoroti suatu berita internasional yang mengemparkan, selain itu ada edisi khusus menampilkan sosok yang paling berpengaruh dalam dunia baik itu orang baik maupun orang buruk. Majalah TIME yang diterbitkan pertama 3 Maret 1923 kini menampilkan sosok Jokowi presiden terpilih Indonesia periode 2014-2019. Entah suatu kebanggaan bagi bangsa ini karena salah satu rakyatnya masuk dalam majalah tersebut atau ada sesuatu hal tersembunyi yang belum kita ungkap seberapa jauh hubungan Jokowi dengan AS.
Historis bangsa dan negara ini yang sangat panjang telah melewati banyak pergolakan politik, ekonomi dan budaya menyisahkan banyak kisah dengan AS. Presiden pertama kita, sang proklamator Ir. Soekarno dengan pasanganya Moh. Hatta mendirikan bangsa ini untuk pembebasan dari belengu penjajah. Watak Soekarno yang tegas dan kukuh dengan pendiriannya serta mengedepankan “BERDIKARI” (Berdiri dengan kaki sendiri) ingin menjadikan bangsa ini bangsa yang unggul dan kuat dari bangsa-bangsa yang lain. Menyusun program ekonomi kerakyatan yang diusung Moh. Hatta, memperkuat angakatan perangnya sehingga mencapai titik kulminasi sehingga ditakuti negara lain. Soekarno mengambil sikap tegas ketika perang dingin antara Rusia dan AS, antara ideology liberal dan sosialis yaitu dengan membuat Gerakan Non Blok. Artinya, tidak memihak blok Rusia maupun blok AS. Namun, tidak bisa dipungkiri jiwa sosialis Soekarno tidak bisa dihilangkan begitu saja, tahun-tahun terakhir Soekarno menjadi presiden, tidak bisa dipungkiri Indonesia dibawa pada negara sosialis dengan beberapa kebijakan yang beliau ambil. Termasuk yang paling menggemparkan adalah dengan slogan “Go to hell” pada AS. Sering bentrok dengan Malaysia yang notabene negara uni Inggris termasuk juga didalamnya AS dengan slogannya “Ganyang Malaysia”. Beberapa sudah terbukti. Setelah melihat hal tersebut AS tidak tinggal diam. Tentunya kekhawatiran AS, jika Indonesia menjadi negara sosialis dengan bersekutu Rusia akan kewalahan karena memiliki angkatan bersenjata yang kuat. Indonesia dijadikan Soekarno sebagai poros sosialis dengan menjadikan Jakarta sebagai basisnya Jakarta-Beijing-Moskow. AS dengan badang intelegennya segera bertindak agar Soekarno tidak keterusan dalam memimpin negara yaitu dengan menggulingkannya dari tampuk kepresidennya. Dibuatlah strategi khusus termasuk isu kembalinya marak PKI di tubuh negara, TNI, dll.
Setelah tumbagnya rezim orde lama, mulailah orde baru dengan kepemimpinan Soeharto. Tampaknya presiden yang satu ini sangat bersahabat dengan Amerika, bantuan cepat dan mudah datang dari AS. Investor Amerika dengan bangganya meluaskan kekayaan di tanah Indonesia, dibangunnya PT Freeport di Papua untuk mengambil emas, uranium dan bahan tambang lainnya. Terlihat Indonesia semakin makmur dan jaya, ternyata semua itu hanya ilusi semata yang dibungkus rapi oleh pemerintahan. Kemakmuran Indonesia tidak bertahan lama, maya adanya. Peabat pemerintahan banyak yang korupsi, utang negara semakin banyak, pembangunan yang tidak merata, pembangunan central di Jakarta, terjadi krisis moneter yang berkepanjangan. Rakyat tersadarkan dan tidak tahan dengan keadaan yang seperti itu, akhirnya kudeta massa di depan gedung DPR meminta penggulingan presiden.
Dari berbagai fakta sejarah, fakta kepemimpinan presiden Indonesia tentunya menjadi tolak ukur mau dibawa kemana bangsa ini? Tentunya bangsa asing tidak tinggal diam, apalagi dengan potensi Indonesia yang sangat besar. Akankah kepemimpinan Jokowi menjadikan bangsa ini kearah sosialis atau kapitalis atau membuat poros baru?
Tadi telah diketahui bahwa kemungkinan besar bangsa ini akan dibawa kearah liberalis.
1.Visi dan misi presiden dan wakil presiden terpilih yang pro Amerika
2.Kedekatan presiden dan wakil presiden dengan Amerika dan sekutunya
3.Kunjungan Mark Zukerberg sebagai pendiri facebook yang merupakan keturunan yahudi. Tidak bisa dipungkiri bagaimana yahudi membuat sebuah konspirasi
4.Mentri dan pejabat kenegaraan yang dipilih berbasis orang-orang liberalis dan yang pernah menempuh pendidikan di Amerika
Akankah negara ini sebagai negara 2 bagi Amerika Serikat ?
Kita semua tidak ingin kita sebagai bangsa yang dikekang oleh bangsa lain, kita ingin bangsa ini mandiri dengan segala potensi yang ada. Karena jika kita terus memberikan kesempatan pada bangsa lain, secara tidak langsung kita memberika kesempatan pada bangsa lain untuk menyetir negara ini. Mari kita kontrol bersama pemerintahan sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H