Ya, benar. Lema 'urub' dideskripsikan oleh KBJI sebagai 'nyala api; bara api'. Kata 'urub' ini dikategorikan sebagai bahasa krama ngoko (dalam kamus ini diakronimkan menjadi KN). Kemudian lema 'urub' ini diperikan sebagai lema yang memiliki kata turunan 'murub', 'ngurubake', dan 'urub-urub'. 'Murub' dideskripsikan sebagai 'menyala, membara'.
Sedangkan kata turunan 'ngurubake', dideskripsikan dengan makna 'menyala(kan), menghidupkan (kompor, lampu, dsb.). Sementara itu, kata turunan berikutnya, 'urub-urub' dideskripsikan dengan makna '1. kayu, daun kelapa kering dsb. sebagai sarana untuk menyalakan api; 2. pembuka, pengantar (usul)'. Â
Selanjutnya, lema 'urup' dalam KBJI diperikan sebagai homonim. Homonim, yaitu dua kata atau lebih yang lambang (aksaranya) dan bunyi (lafalnya) sama persis. Â Deskripsi lengkapnya seperti berikut ini.
Memperhatikan deskripsi dalam KBJI ini, jelas bahasa Jawa memiliki khasanah kata 'urup' berjumlah dua. Dalam hal ini tentu masing-masing kata maknanya berbeda sehingga ada 'urup' dan 'urup'. Â
Kata 'urup' pun terdeteksi sebagai polisemi, satu kata yang memiliki lebih dari satu makna. Di samping 'urup' mengemban makna (a) 'sama harganya, nilainya (tentang tukar menukar barang, dsb.)', 'urup' dalam dialek tertentu juga mengemban makna (b) ditaksir, dinilai sama (dengan jerih payahnya, dsb.).
Lema 'urup' ini memiliki beberapa kata turunan, (a) 'diurupake' dan (b) 'urup-urupan'. Kata turunan 'diurupake' diembani makna 'ditukarkan dengan barang lain yang harganya sama; 'diurupi' diamati makna 'ditukar dengan barang yang harganya sama, dibeli (dibayar dsb) dengan barang. Kata turunan 'urup-urupan' diidentifikasikan sebagai polisemi. Makna 1 'jual beli dengan tukar-menukar barang; makna 2 'hasil dari tukar-menukar (beras dengan jagung, mangga dengan beras, dsb.).
Sementara itu, 'urup' dikategorikan sebagai krama ngoko bermakna 'huruf, aksara Arab': urup hijaiyah, misalnya. Sub lema 'urup' ini bukan polisemis dan tidak potensial memiliki kata turunan.
Nah, berdasarkan hasil kita menelusuri bersama makna lema 'urub' dan 'urup' dalam KBJI di atas, kita terbantu untuk dapat memilih diksi yang benar secara lebih cermat dan tepat dalam membangun sebuah kalimat atau pun quotes. Dengan demikian, kita dapat memahami bahwa sesungguhnya ada perbedaan yang subtansial antara lema 'urub' dan 'urup'.
Kawan, seorang peneliti Pangeran Diponegoro, Jawa, dan Indonesia selama lebih dari 41 tahun, Profesor Peter Brian Ramsay Carey memilih diksi 'Urip iku Urub' untuk judul buku yang dipersembahkan kepadanya saat telah berusia 70 tahun. Profesor Carey pun tak punya alasan khusus ketika quotes filosofis Sunan Kalijaga ini dijadikannya judul buku. "Saya hanya sedang membaca buku 'Tasawuf Jawa' dan kata-kata itu ada di sana," urainya. Agaknya, Profesor Carey dan FX Domini BB Hera (sang editor buku) konsisten memakai diksi 'urub' untuk makna 'nyala'.