Mohon tunggu...
Chamim Rosyidi Irsyad
Chamim Rosyidi Irsyad Mohon Tunggu... Guru - nama pena: Chrirs Admojo

Ajang berbagi, bermanfaat bagi sesama, hidup semakin bermakna dalam ridlo Allah Azza wa Jalla.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Nama Tujuh Panggilan

3 September 2023   09:23 Diperbarui: 3 September 2023   09:27 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Satu Nama Tujuh Panggilan

Oleh: Chrirs Admojo

Ada 2 atau 3 nama siswa sekelas yang sama. Karena nama favorit, para orang tua memberikan nama kepada bayinya sama. Tanpa perjanjian tentunya. Jika tahu, dapat terjadi sebaliknya. Hal ini lazim terjadi pada setiap masa.

Akan halnya yang terjadi pada sahabat Karmin ini berbeda. Nama lengkap sahabat Karmin ini adalah Agoestina Soenarti. Ada yang memanggilnya dengan mBak Ti. Ada pula yang mengundangnya dengan sebutan Bu Gik. Bu Andreas. Bu Yanto. Bu Agus. Bu Agustin. Yang lebih unik lagi, ada yang memanggil sahabat Karmin ini dengan Bu Antina.

Kawan, Karmin pernah bertetangga dekat. Sore itu ia mendapatkan histori tentang sahabatnya ini. Dari sumber primernya. Mbak Ti berkisah tentang ia yang kemudian dipanggil dengan sebutan Bu Antina. 

Kisahnya, berawal dari sebuah cita-cita agung. Mbak Ti masih belia berjanji setia dengan jejaka bernama Andreas J. Soegianto. Pada sebuah sekramen perkawinan di gereja tempat mereka rajin melakukan kebaktiannya. 

Mereka bersepakat menggabungkan nama baptis mereka sebagai sebutan sehari-harinya. Dari Andreas Soegianto diambil suku kata "An". Pada nama Agoestina Soenarti diambil bagian nama baptis "tina". Digabungkan menjadi "Antina". Sebutan nama inilah yang kemudian paling populer di antara panggilan nama-nama lainnya.

Mulanya keluarga Antina menjalani hidup berkeluarga jadi kontraktor. Mengkontrak rumah dari satu alamat ke alamat yang lain, maksudnya. Menyesuaikan keperluan dan kemampuan. 

Pertama kali kontrak rumah, mendapatnya di sebuah jalan yang penghuninya hampir homogen. Jawa. Ada yang dari Madiun, Ponorogo, Trenggalek, Kediri, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, Lamongan, Surabaya. Maklum, kampung relatif baru. Ada satu keluarga dari Ternate. 

Pada hari pertama menempati rumah kontrakan, suaminya memperkenalkan diri kepada para tetangganya dengan nama Soegianto. Kemudian para tetangga menyapanya dengan sebutran Pak Gik. Mendapat berkah, istrinya dipanggil dengan sebutan Bu Gik. Kecuali Pak Ketua RT dan Ketua RW-nya mengundang dengan panggilan Pak Yanto untuk Pak Gik. Bu Gik pun mendapat panggilan Bu Yanto. Mungkin karena pelafalan Soegianto lebih nyaman dilafalkan dengan "sugiyanto".  

Kawan, di samping sebagai guru SMP, mereka berdua aktivis gereja. Pada setiap even penting gereja, mereka senantiasa melibatkan diri dengan penuh suka rela. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun